unek-unek

Senin, 08 Juni 2009

laporan pertanian

I. PENDAHULUAN

A. latar belakang

Gen rangkai kelamin dapat dikelompok-kelompokkan berdasarkan atas macam kromosom kelamin tempatnya berada. Oleh karena kromosom kelamin pada umumnya dapat dibedakan menjadi kromosom X dan Y, maka gen rangkai kelamin dapat menjadi gen rangkai X (X-linked genes) dan gen rangkai Y (Y-linked genes). Di samping itu, ada pula beberapa gen yang terletak pada kromosom X tetapi memiliki pasangan pada kromosom Y. Gen semacam ini dinamakan gen rangkai kelamin tak sempurna (incompletely sex-linked genes). Pada bab ini akan dijelaskan cara pewarisan macam-macam gen rangkai kelamin tersebut serta beberapa sistem penentuan jenis kelamin pada berbagai spesies organisme.
Pewarisan Rangkai X
Percobaan yang pertama kali mengungkapkan adanya peristiwa rangkai kelamin dilakukan oleh T.H Morgan pada tahun 1910. Dia menyilangkan lalat D. melanogaster jantan bermata putih dengan betina bermata merah. Lalat bermata merah lazim dianggap sebagai lalat normal atau tipe alami (wild type), sedang gen pengatur tipe alami, misalnya pengatur warna mata merah ini, dapat dilambangkan dengan tanda +. Biasanya, meskipun tidak selalu, gen tipe alami bersifat dominan terhadap alel mutannya.
Hasil persilangan Morgan tersebut, khususnya pada generasi F1, ternyata berbeda jika tetua jantan yang digunakan adalah tipe alami (bermata merah) dan tetua betinanya bermata putih. Dengan perkataan lain, perkawinan resiprok menghasilkan keturunan yang berbeda. Persilangan resiprok dengan hasil yang berbeda ini memberikan petunjuk bahwa pewarisan warna mata pada Drosophila ada hubungannya dengan jenis kelamin, dan ternyata kemudian memang diketahui bahwa gen yang mengatur warna mata pada Drosophila terletak pada kromosom kelamin, dalam hal ini kromosom X. Oleh karena itu, gen pengatur warna mata ini dikatakan sebagai gen rangkai X.


Secara skema pewarisan warna mata pada Drosophila dapat dilihat pada Gambar 6.1. Kromosom X dan Y masimg-masing lazim dilambangkan dengan tanda dan .



P : + + w P : w w +
x x
betina normal jantan mata putih betina mata putih jantan normal


F1 : + w + F1: + w w

betina normal jantan normal betina normal jantan mata putih
a) b)
Gambar 6.1. Diagram persilangan rangkai X pada Drosophila
Jika kita perhatikan Gambar 6.1.b, akan nampak bahwa lalat F1 betina mempunyai mata seperti tetua jantannya, yaitu normal/merah. Sebaliknya, lalat F1 jantan warna matanya seperti tetua betinanya, yaitu putih. Pewarisan sifat semacam ini disebut sebagai criss cross inheritance.
Pada Drosophila, dan juga beberapa spesies organisme lainnya, individu betina membawa dua buah kromosom X, yang dengan sendirinya homolog, sehingga gamet-gamet yang dihasilkannya akan mempunyai susunan gen yang sama. Oleh karena itu, individu betina ini dikatakan bersifat homogametik. Sebaliknya, individu jantan yang hanya membawa sebuah kromosom X akan menghasilkan dua macam gamet yang berbeda, yaitu gamet yang membawa kromosom X dan gamet yang membawa kromosom Y. Individu jantan ini dikatakan bersifat heterogametik.
Rangkai X pada kucing
Warna bulu pada kucing ditentukan oleh suatu gen rangkai X. Dalam keadaan heterozigot gen ini menyebabkan warna bulu yang dikenal dengan istilah tortoise shell. Oleh karena genotipe heterozigot untuk gen rangkai X hanya dapat dijumpai pada individu betina, maka kucing berbulu tortoise shell hanya terdapat pada jenis kelamin betina. Sementara itu, individu homozigot dominan (betina) dan hemizigot dominan (jantan) mempunyai bulu berwarna hitam. Individu homozigot resesif (betina) dan hemizigot resesif (jantan) akan berbulu kuning.
Istilah hemizigot digunakan untuk menyebutkan genotipe individu dengan sebuah kromosom X. Individu dengan gen dominan yang terdapat pada satu-satunya kromosom X dikatakan hemizigot dominan. Sebaliknya, jika gen tersebut resesif, individu yang memilikinya disebut hemizigot resesif.
Rangkai X pada manusia
Salah satu contoh gen rangkai X pada manusia adalah gen resesif yang menyebabkan penyakit hemofilia, yaitu gangguan dalam proses pembekuan darah. Sebenarnya, kasus hemofilia telah dijumpai sejak lama di negara-negara Arab ketika beberapa anak laki-laki meninggal akibat perdarahan hebat setelah dikhitan. Namun, waktu itu kematian akibat perdarahan ini hanya dianggap sebagai takdir semata.
Hemofilia baru menjadi terkenal dan dipelajari pola pewarisannya setelah beberapa anggota keluarga Kerajaan Inggris mengalaminya. Awalnya, salah seorang di antara putra Ratu Victoria menderita hemofilia sementara dua di antara putrinya karier atau heterozigot. Dari kedua putri yang heterozigot ini lahir tiga cucu laki-laki yang menderita hemofilia dan empat cucu wanita yang heterozigot. Melalui dua dari keempat cucu yang heterozigot inilah penyakit hemofilia tersebar di kalangan keluarga Kerajaan Rusia dan Spanyol. Sementara itu, anggota keluarga Kerajaan Inggris saat ini yang merupakan keturunan putra/putri normal Ratu Victoria bebas dari penyakit hemofilia.
Rangkai Z pada ayam
Pada dasarnya pola pewarisan sifat rangkai Z sama dengan pewarisan sifat rangkai X. Hanya saja, kalau pada rangkai X individu homogametik berjenis kelamin pria/jantan sementara individu heterogametik berjenis kelamin wanita/betina, pada rangkai Z justru terjadi sebaliknya. Individu homogametik (ZZ) adalah jantan, sedang individu heterogametik (ZW) adalah betina.
Contoh gen rangkai Z yang lazim dikemukakan adalah gen resesif br yang menyebabkan pemerataan pigmentasi bulu secara normal pada ayam. Alelnya, Br, menyebabkan bulu ayam menjadi burik. Jadi, pada kasus ini alel resesif justru dianggap sebagai tipe alami atau normal (dilambangkan dengan +), sedang alel dominannya merupakan alel mutan.
Pewarisan Rangkai Y
Pada umumnya kromosom Y hanya sedikit sekali mengandung gen yang aktif. Jumlah yang sangat sedikit ini mungkin disebabkan oleh sulitnya menemukan alel mutan bagi gen rangkai Y yang dapat menghasilkan fenotipe abnormal. Biasanya suatu gen/alel dapat dideteksi keberadaannya apabila fenotipe yang dihasilkannya adalah abnormal. Oleh karena fenotipe abnormal yang disebabkan oleh gen rangkai Y jumlahnya sangat sedikit, maka gen rangkai Y diduga merupakan gen yang sangat stabil.
Gen rangkai Y jelas tidak mungkin diekspresikan pada individu betina/wanita sehingga gen ini disebut juga gen holandrik. Contoh gen holandrik pada manusia adalah Hg dengan alelnya hg yang menyebabkan bulu kasar dan panjang, Ht dengan alelnya ht yang menyebabkan pertumbuhan bulu panjang di sekitar telinga, dan Wt dengan alelnya wt yang menyebabkan abnormalitas kulit pada jari.
Pewarisan Rangkai Kelamin Tak Sempurna
Meskipun dari uraian di atas secara tersirat dapat ditafsirkan bahwa kromosom X tidak homolog dengan kromosom Y, ternyata ada bagian atau segmen tertentu pada kedua kromosom tersebut yang homolog satu sama lain. Dengan perkataan lain, ada beberapa gen pada kromosom X yang mempunyai alel pada kromosom Y. Pewarisan sifat yang diatur oleh gen semacam ini dapat dikatakan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, dan berlangsung seperti halnya pewarisan gen autosomal. Oleh karena itu, gen-gen pada segmen kromosom X dan Y yang homolog ini disebut juga gen rangkai kelamin tak sempurna.
Pada D. melanogaster terdapat gen rangkai kelamin tak sempurna yang menyebabkan pertumbuhan bulu pendek. Pewarisan gen yang bersifat resesif ini dapat dilihat pada Gambar 6.2.
P : P :
+ + x b b b b x + +
betina normal jantan bulu pendek betina bulu pendek jantan normal


F1 : F1:
+ b + b + b + b
betina normal jantan normal betina normal jantan normal
a) b)
Gambar 6.2. Diagram pewarisan gen rangkai kelamin tak sempurna
Dapat dilihat pada Gambar 6.2 bahwa perkawinan resiprok untuk gen rangkai kelamin tak sempurna akan memberikan hasil yang sama seperti halnya hasil yang diperoleh dari perkawinan resiprok untuk gen-gen autosomal. Jadi, pewarisan gen rangkai kelamin tak sempurna mempunyai pola seperti pewarisan gen autosomal.


B. Tujuan

Mengetahui prinsip pewarisan suatu sifat atau penyakit oleh tetua atau parental pada keturunannya dengan bantuan peta silsilah ( pedigree cahart )




















II. TINAJAUAN PUSTAKA


Setiap gen yang terletak pada kromosom X ( mamalia, drospolia dan lain-lain ) atau pada kromosom Z yang analog ( pada burung dan spesies lain dengan mekanisme penetuan seks ZO atau ZW ) dikatakakan berpautan seks ( stansfield,1991. metode pewarisan ini adalah karakterisitik pada gen-gen berpautan seks. Tipe pewarisan ini disebabakan oleh kenyataaan bahawa kromosom Y tidak memebawa alel-alel yang homolog dengan alel-alel pada lokus putih dalam kromosom X sehingga tidak ada yang menutupi ekspresi dari gen yang terpaut dengan kromosom X . system-sistem genetik yang sering digunakan dibatasi sampai pada satu pasang alel, jumlah alel maksimum pada suatu lokus gen yang dipunyai setiap idividu adalah dua, satu pada setiap kromosom homolog. Pada kenyataanya tidak demikina, salah satu contohnya adalah menurunnya sifat golongan darah AOB.

Dalam kondisi tertentu pada silsilah sering menunjukkan apakah gen yang bersangkutan adalah autosional atau terpaut X, dominant atau resesif. Penyusun pola-pola pewarisam sifat pada suatu keluarga diperlukan keturunan Dalam jumlah banyak dimana sedikitnya menggunakan tiga generasi. Dalam penyusunan pola-pola pemindahan sifat-sifat, informasi-informasi mengenai suatu keluarga dibuat peta silsilah ( pedgrie chart ) . karena dengan pedegri cahrt bias digunakan untuk memperhatiakan karaktersitik suatu individu seperti :
1. individu-individu yang menampakkan sifat yang diwariskan
2. individu-individu keluarga “ normal “ yang tidak memperlihatkan sifat itu
3. hubungan antara semua inidividu yang tersangkut.





III. ALAT DAN BAHAN
A. Bahan
1. responden orang kebotakan
2 . responden golongan darah

B. alat
1. lembar pengamatan
2. alat tulis
























IV.PROSEDUR KERJA


1. Menelususri tiga generasi suatu keluarga yang memiliki cirri kebotakan,
2. Menelusuri golongan darah tiga generasi keluaraga anda
3.. Membuat laporan pola pewarisan masing-masing cirri tersebut beserta symbol genotipnya

























V. HASIL PENGAMATAN

A. Kebotakan
Keterangan :
= laki-laki botak

= perempuan normal

= laki-laki normal

= wanita normal /carrier

= garis persilangan

= garis keturunan


Keterangan :
1. sopan harjosuwito
2. rupono
3. ratih kurnia wati
4. widdi setiawan
5. fita finarsih
6. hani reginastiti



B. golongan darah
Diagram keturunan pada golongan darah







Keterangan :

= perempuan

= garis persilangan


Keterangan :
1. sopan harjo suwito
2. tarsini
3. rupono
4. suciati
5. ratih kurnia wati
6. widdi setiawan
7. fita finarsih
8. hani reginastiti






VI .PEMBAHASAN


1. Gen terpaut seks

Penentuan seks pada makhluk hidup ditentukan oleh kromosom seksnya. Terdapat beberapa macam cara yang digunakan untuk menentukan jenis kelamin makhluk hidup berdasarkan kromosom seksnya. Contohnya, pada belalang menggunakan sistem X-0 (22
+ X Jantan; 22 + XX Betina), pada ayam sistem Z-W (76 + ZZ Jantan; 76 + ZW Betina), dan pada lebah sistem haplo-diploid ( haploid Jantan, diploid Betina). Sedangkan pada manusia, sistem yang digunakan adalah X-Y. Betina normal akan dihasilkan jika kromosom seksnya XX dan jantan normal jika kromosom seksnya XY. Tanda-tanda jenis kelamin manusia secara anatomi baru akan mulai terlihat pada umur embrio sekitar dua bulan, karena sebelum waktu itu, bentuk gonadnya cenderung sama dan masih bisa berubah menjadi ovarium atau testis, terkandung pada kondisi hormon di tubuh embrio tersebut.

Selain untuk menentukan jenis kelamin, kromosom seks pada manusia juga memiliki banyak gen, khususnya pada kromosom X. Cara pewarisan sifatnya sama dengan pewarisan yang lain. Namun perlu dicatat, bahwa alel terpaut seks dari seorang ayah akan diwariskan kepada seluruh anak perempuannya, tetapi anak laki-lakinya tidak akan memperoleh satupun dari alel tersebut. Berbeda sekali dengan seorang ibu yang bisa mewariskan alel terpaut seksnya kepada anak laki-laki dan perempuannya. Umumnya, penurunan sifat terpaut seks pada manusia ditentukan oleh kromosom X, walaupun pada beberapa kasus terdapat juga pada kromosom Y.

Jika penurunan sifat terpaut seks mengacu pada alel yang resesif, maka wanita baru akan mengekspresikan gen tersebut jika alelnya adalah homozigot. Sedangkan pria akan segera mengekspresikan alel tersebut jika dia memperolehnya karena kromosom X yang dimilikinya hanya satu. Itulah sebabnya mengapa pria lebih banyak menderita kelainan terpaut seks dibandingkan wanita. (huuhh…dunia memang tak adil…)

• Kelainan terpaut seks pada manusia

a. Buta warna

Kita bisa melihat beraneka ragam warna karena kepekaan sel kerucut yang ada di retina terhadap warna. Kita bisa melihat sekian banyak warna karena kombinasi dari tiga sel kerucut : sel kerucut biru, sel kerucut hijau, dan sel kerucut merah. Bila sel-sel ini tidak berfungsi dengan baik, maka akan menimbulkan buta warna.

Buta warna pun digolongkan menjadi dua, yaiitu buta warna parsial dan buta warna total. Pada penderita buta warna total, dunia hanya akan terlihat berwarna hitam dan putih. Sedangkan pada buta warna parsial, akan terdapat gangguan untuk membedakan beberapa warna, tergantung jenis sel kerucutnya yang hilang. Kejadian yang paling sering terjadi adalah kehilangan sel kerucut merah (protanopi) dan sel kerucut hijau (deuteranopi). Biasanya, penyakit ini terjadi secara bersamaan sehingga disebut buta warna merah-hijau.

Buta warna merah-hijau adalah penyakit genetik yang hampir seluruhnya terjadi pada pria, tetapi diturunkan melalui wanita. Artinya, gen-gen pada kromosom X wanitalah yang menyandi sel kerucut yang bersangkutan. Ternyata, buta warna hampir tidak pernah terjadi pada wanita, karena paling sedikit satu dari kedua kromosom X-nya akan hampir selalu memiliki gen normal pada setiap jenis sel kerucut. Tetapi pada laki-laki, kromosom X yang dimiliki hanya satu, sehingga gen yang hilang akan menyebabkan buta warna.

Karena kromosom X pada laki-laki selalu diturunkan dari ibu dan tidak pernah dari ayah, maka buta warna diturunkan dari ibu ke anak laki-lakinya, dan ibu tersebut dikenal sebagai carrier buta warna; ini adalah kasus yang terjadi pada sekitar 8 % dari seluruh wanita di dunia. Kemudian untuk kehilangan sel kerucut biru sangat jarang terjadi, bahkan terkadang tidak memperlihatkan gejala. Keadaan ini juga diwariskan secara genetik.

b. Duchenne Muscular Distrophy yang ditunjukkan oleh lemahnya otot-otot tubuh dan rendahnya koordinasi. Harapan hidup penderita gejala ini hanya berkisar 20-an tahun. Penyebabnya adalah terjadinya kelainan pada gen yang mengkode protein khusus yang bernama dystrophin. Gen ini terdapat pada kromosom X.

c. Hemofilia, merupakan kelainan terpaut sex resesif yang disebabkan oleh hilangnya satu atau lebih protein yang diperlukan untuk pembekuan darah. Gen ini juga terdapat pada kromosom X. Pendarahan kecil yang pada orang normal tidak menimbulkan masalah yang berarti, pada penderita hemofilia bisa menjadi sangat berbahaya. Kelainan yang mengerikan ini pernah mengejutkan seantero Eropa karena penyebarannya di kalangan bangsawan kerajaan di Inggris, Prussia, Rusia, Spanyol dan beberapa kerajaan lain karena perkawinan antar kerajaan yang mereka lakukan. Diduga, awal mula dari alel berbahaya ini dibawa oleh Ratu Victoria (1819-1901) yang mewariskannya kepada keturunannya. Keturunannya inilah yang nantinya membawa alel ini ke seantero Eropa melalui perkawinan yang mereka lakukan. Untungnya, di masa sekarang, alel ini telah hilang di kalangan keluarga kerajaan Inggris karena beberapa kejadian dan pemahaman yang meningkat tentang genetika. (tw dah kerajaan lain gimana)

• Inaktivasi kromosom X pada wanita

Walaupun wanita mewarisi dua kromosom X, salah satu dari kromosom seks tersebut akan mengalami inaktivasi pada masing-masing sel yang terjadi pada masa perkembangan embrio. Hasilnya, baik wanita maupun pria akan memiliki jumlah efektif gen yang sama pada kromosom X. Kromosom X yang inaktif ini akan mengalami kondensasi menjadi objek padat yang dinamakan dengan Badan Barr. Sebagian besar gen pada Badan Barr ini tidak diekspresikan, walaupun beberapa diantaranya tetap aktif.

Inaktivasi kromosom X ini disebabkan oleh melekatnya gugus metil pada basa nitrogen Cytosin (metilasi DNA), pada salah satu kromosom. Proses pembentukan Badan Barr ini sendiri diatur oleh salah satu gen pada kromosom X yang dinamakan XIST (X-Inactive Specific Transcript). Gen ini menghasilkan molekul RNA yang nantinya akan membuat banyak kopi dan terikat pada kromosom X tempat dimana dia ditranskripsi, kemudian RNA ini akan menginisiasi proses inaktivasi kromosom X.

2. gen dipengaruhi seks

Kebotakan dapat disebabkan faktor eksternal seperti makanan dan gangguan penyakit pada kulit kepala. Namun dapat juga disebabkan oleh faktor genetik. Gen pembawa sifat botak adalah salah satu contoh gen yang dipengaruhi oleh jenis kelamin. Gen adalah faktor penentu yang menentukan sifat-sifat fisik makhluk hidup. Gen diturunkan oleh orang tua kepada anaknya. Pada kasus kepala botak, gen yang membawa sifat kepala botak ekspresinya dipengaruhi oleh jenis kelamin. Artinya orang yang membawa gen kepala botak tidak dengan sendirinya menjadi botak – tergantung jenis kelaminnya. Kepala botak pada perempuan hanya terjadi bila si perempuan memiliki sepasang gen kepala botak yang didapat dari ayah dan ibunya. Sedangakan pada laki-laki akan botak Sedangkan pada laki-laki akan botak cukup dengan satu gen saja.
Ada beberapa contoh sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal yang ekspresinya dipengaruhi seks yaitu bahwa kepala botak lazimnya pada laki-laki walaupun sesekali dapat dilihat juga wanita yang botak. Umumnya kebotakan pada wanita saat menginjak usia 30 tahun keatas, diwaktu umur masih muda atau remaja umumnya rambut tidak terihat botak atau masih norama
Genotip adalah sifat dasar pada individu yang tidak tampak dan tidak berubah-ubah karena faktor lingkungan (misalnya gen kepala botak genotipnya adalah BB atau Bb). Fenotip adalah sifat keturunan yang dapat dilihat warna, bentuk dan ukurannya (misalnya seorang laki-laki dengan genotip Bb & BB memiliki fenotip kepala botak). Alel adalah anggota dari sepasang gen yang membawa sifat berlawanan. Misalnya alel B (huruf besar) memiliki pengaruh kepala botak, sedangkan alel b (huruf kecil) membawa sifat kepala normal. Maka B dan b adalah sepasang alel.

Genotip dan fenotip kepala botak

genotip Fenotip pada alki-laki Fenotip apda perempuan
BB botak Botak
Bb Botak Normal
bb Normal€ normal


Gen kepala botak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Seorang laki-laki yang memiliki pasangan gen BB dan Bb akan berkepala botak. Namun seorang perempuan baru akan botak bila memiliki pasangan gen BB. Jadi gen kepala botak (B) bersifat dominan pada laki-laki, sedangkan pada perempuan bersifat resesif (kalah dominan daripada gen b)

Seorang laki-laki botak dengan genotip Bb bila kawin dengan perempuan normal dengan genotip bb akan memiliki anak dengan peluang genotip Bb (50%) dan bb (50%), sehingga peluang anak laki-laki untuk botak adalah 50% dan anak perempuan botak 0 %. Peluang untuk kebotakan karena faktor genetik lebih besar pada laki-laki dibanding pada perempuan
Genotip keturunan ( f1) hasil perkawinan ayah botak dan ibu normal
P Ayah botak( Bb ) x ibu normal ( bb )

Bb bb

Bb,bb,Bb atau bb
Alel
F1

keterangan -50% genotip Bb ( fenotip botak pada laki-laki dan rambut normal pada perempun )
-50% fenotip bb ( fennotip normal pada perempuan maupun laki-laki )





3. golongan darah
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
• Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
• Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
• Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
• Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
Dari hasil peta silsilah diketahui bahwa kedua parental masing-masing memiliki golongan darah O dan B kemungkinan genotipnya adalah keduanyan O homozygot dan B heterozygot. Karean dari semua anak bergolongan darah O dan satu yang bergolongan darah B. jika parental









VII. KESIMPULAN DAN SARAN
1. pada golongan darah manusia merupakan peristiwa penurunan sifat ( hereditas ) bukan persitiwa pewarisan gen yang terpenganruh kelamin
2 kebotakan dan golongan darah merupakan peristiwa pewarisan gen yang dituurunkan oleh parental kepada keturunannya.
3. kebotakakan merupakan penyakit menurun yang disebabakan oleh gen yang dipengaruhi siks
4. golongan darah mempunyai tipe AOB

DAFTAR PUSTAKA
Crowder, L.V. 1986. Genetika tumbuhan, Edisi indonesia. Gadjah mada university press : yogyakarta.
Dwijosaputro,D.1997.pengantar genetika, bhatar : Jakarta.
Stanfield, William D. 1991. genetika. Penerbit erlangga : Jakarta.

1 komentar:

kritiknya yang bersifat positif