unek-unek

Jumat, 21 Agustus 2009

settingan buat menkoneksikan dua laptop menggunakan wirreles

SETTING MENGKONEKSIKAN DUA LAPTOP UNTUK MAEN GAME STRONGHOL CRUSSADER


Akhirnya setelah sekian lama mencari cara untuk mengkoneksikan dua laptop ketemu juga…hahahaha……settingan ini melalui beberapa sumber…berikut ceritanya..


Kebetulan widdi orangnya baek…hehehe….dan mempunyai temen yang hobinya sama si Rohim ( si mbah )yaitu maen game jadul “ stronghold crusader” tapi lama-lama bosen juga maen sendirian…mau beli LAN tapi di kossan gak da yang suka game ini…akhirnya widdi menguras akal supaya bisa maen bareng dengan rohim…..

Mulailah browsing dari google dan majalah computer ( yang pasti bukan majalah trubus) hehehe…….ketemu deh settinggannya buat menkoneksikan dua laptop dengan wirles… berikut caranya ..ting…..

1 ) laptop 1 sebagai host dengan settingan klik kanan ikon wireles open network
connection..
2 ) klik kanan wireless conection ..klik properties..
3 ) klik internet protocol ( TP/ITP). Kemudian properties.kalau vista klik internet
protocol 4 law gak 6 (..agak lupa sih hehe )
4 ) Di geNeral klik use the following IP address Masukkin IP address 192.168.0.1 subent
masuk nya 255.225.255.0 default getaway 192.168.0.1 klik juga Use the following
DNS server address masukkin di Preferren DNS sever 203.130.196.5 altenatate DNS
server 202.134.2.5 klik OK
5 ) klik wireless Network hapus semua nama wireless yang ada kemudian klik Add buat
nama terserah anda pada network name network attention nya di open data encryption
WEP centeng the key is provided for me automatically atau tidak di centang gunakan
network key nya……kalau berhasil akan muncul nama wireless yang anda buat….
6 ) pada table connection klik connect when this network is in range kemudian OK
7 ) kemudian klik advance yang di bawah kemudian klik computer to computer dan klik
automatically connect to non-prefferen network…oh ya jangan lupa klik use windows
to convigure my wireless network setting pada table advanced yang di atas kemudain
setting windows firelwall kemudian klik OFF kemudian OK..baru close tabelnya …
8 ) hidupkan wireless laptopnya………
9 ) pada laptop kedua hidupakan wireless..kemudian connect ke wireless yang anda buat
sampai berhasil ( laptop ke dua windows firewallnya di matikan juga ) kalau tidak
berhasil terkoneksi anda juga harus mengkoneksikan ke wireless yang anda buat
caranya klik wireless yang anda buat dan koneksikan ( tapi jarang seperti ini biasanya
langsung konek )...maklum saya agak lupa hehehehe..........
10 ) Nah............langsung buka game stornghold crussader nya.....klik
multiplayer..salah satu laptop menjadi Host dengan cara masukkan IP address laptop
kedua dan klik Host centang tanda perisai ( sebagai tanda anda setuju ) laptop kedua
masukkan IP adress laptop pertama atau yang menjadi Host kemudian klik yang bila
sudah terlihat dan centang tanda perisai pertanda anda setuju..............bila belum terlihat komputer laptop pertama sewaktu Join..coba periksa kembali koneksi anda..bila belum terkoneksi anda berarti pada koputer pertama koneksikan juga laptop pertama ke wirelles anda sendiri ( tapi jarang ) hehhehe..pusing ya.......

11 ) oh ya..jangan lupa setelah puuuuuuuaaaaassssssss.heheheh maen gamenya kembalikan settingan firrewalnya ke On,....bahaya kalau berselancar ke internet bisa kena firus...dan juga di adncance tadi kembalikan ke connect ke acces point network only ( yang tadi computer to computer dan pad properties internet protocol ip adressnya gunakan yang automaticly dan obtain DNS nya juga automatically )...........supaya bisa buat internettan lagi..............
12 ) penganturan ini juga bisa buat game EMPIRE EARTH ...mungkin game yang bisa multyplayer bisa semua......

Nah...setelah si widdi yang baek hati dan serba pengen tau..h.eheh ( narsis.com ) jadi bagi- bagi ilmu deh buat temen2 yang suka sama stornghold crussader......oh ya neh baru dapet di internet stronghold crussader yang extreme...hahahahaha....gakgakgagakkk ampe dua hari download...huh.......687Mb gitu lho....maklum lama hotspot gratisan sih di kampus universitas jendral soedirman tercinta...hehehehehe.....jadi agak lelet..eh ternyata di fakultas ekonomi lebih ngebut....dibanding pertanian..hikz..ngapa ya kq di kampus pertanian ku lelet........hikz..hikz.................eh ternyata aku gak bisa Nginstallnya.......waaaaaaaaaaaaaaaaaaa...............betapa hancur hati ku...2 hari pacar ku ampe ku cuekkin abis demi game hahahaha.................eeeeeeh.....ternnyata temen2...aku search di google ada link yang menawarkan download tanpa crackkkk.......aku kira trailler nya habis Cuma 168 mb gitu................setelah terdownload....menghabiskan waktu seharian dan kembali pacarku kucekkin...heheh..............jenggggjeeeeeeeeeeennnnnnngg. crussader extreme terdownload.........hahahahahahahahaha......................langsung deh aku copy kemana2 ( takut hilang atau rusak ) ..nginstalnya agak susah sih habis file ”Rar” gitu....maklum masih gaptek....xixixixixixixi.........eh ternyata filenya itu isinya lebih dari 1 giga......wah..ngapa gak dairr kemaren2 gua download ynag ini...dari pada yang 687 mb...hahahahaha........ampe marahan ma pacar ku.....huhuhuuh.............tau gak di dalam game ini ada dua versi...ckckc hebat dh....yang extreme dan upgrade yang lama.....bisa dinikmati dalam satu game....hahahaha...( padahal besok ada ujian )................oh ya ne linknya...mudah2 masih aktif.......

http://www.torrentreactor.net/torrents/2650467/Stronghold-Crusader-Extreme-100%25-working-with-NO-CD-CRACKS-(1S%2F9L)

tapi kalau salah pake yang ne.........tapi coba dulu yang atas...saya agak lupa..........

http://www.warezscene.org/games/1131445-stronghold-crusader-extreme-148mb-1link.html

gud luck........................

Sabtu, 27 Juni 2009

LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN

ACARA I
PEMBELAHAN MEIOSIS














Oleh :

Nama : Widdi setiawan
NIM : A1L008090
Rombongan : 1



DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATURIUM GENETIKA
PURWOKERTO
2009




ACARA I




Judul acara : pembelahan meiosis
Tanggal pelaksanaan : 1-juni-2009
Nama : Widdi setiawan
NIM : A1L008090
Rombongan : 1
Nama partner : -
Nama asisten jaga :
Nama lab/fakultas/universitas : genetika/pertanian/uiversitas jendral soedirman.






























I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang


Terungkapnya faktor Mendel dalam perilaku mitosis dan meiosis melahirkan motivasi yang tinggi bagi para ilmuwan untuk melakukan uji-uji genetika. Istilah-istilah baru kemudian muncul, antara lain : 1. yang pertama kali adalah disiplin itu sendiri diberi nama genetika (genetics), 2. unit bawaan dasar Mendel disebut gen (gene). 3. Dua gen homologi mewakili dua bentuk alternatif disebut allelomorf (allelomorphs) yang kemudian disingkat allela (alleles). 4. Makhluk hidup yang berkembang dari telur yang dibuahi disebut zigot (zygote), 5. homozigot (homozygote) yaitu individu yang membawa sepasang allela identik, dan sebaliknya heterozigot (heterozygote) adalah individu yang membawa sepasang allel yang berbeda dari gen tertentu. Jumlah keseluruhan gen yang ada dalam satu individu, dengan kata lain seluruh kromosom disebut genom (genome). Reproduksi seksual mencakup gametogenesis dan fertilisasi
Penelitan meiosis telah banyak dilakukan oleh para ilmuwan yang menggunakan bunga amarilis, akar bawang merah dan belalang sebagai bahan penelitiannya. Hal ini dikarenakan bahan tersebut mudah diamati karena jumlah kromosom yang sedikit dan besar dan masih banyak lagi keunggulan lainnya sehingga para ilmuawan memilihnya sebagai bahan penelitian

B. Tujuan

1. mengamati dan menggambar fase-fase pembelahan meiosis pada bunga amarilis, belalang dan lbunga lilin



II. TINJAUAN PUSTAKA


Seperti halnya mitosis, meiosis merupakan peristiwa yang dialami nukleus., dan banyak kejadian dari dua proses itu adalah identik. Namun demikian, ada beberapa perbedaan penting antara dua proses itu yang memberikan hasil genetik yang sangat berlainan.Pada meiosis terjadi dua kali pembelahan nukleus berturut-turut dan terjadilah kombinasi genetik baru. Proses pembelahan meiosis terdiri dari meiosis I dan meiosis II. Meiosis mengurangi jumlah khomosom, di mana setiap sel baru yang tebentuk hanya memiliki salah satu pasangan khomosom induk.
Proses meiosis ini menjaga agar suatu generasi tumbuhan memiliki :
1. jumlah khromosom yang tetap dalam kondisi diploid
2. kombinasi sifat yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kedua induk

Meiosis sel mengalami dua pembelahan berurutan Meiosis mereduksi atau mengurangi jumlah kromosom menjadi setengahnya.Sel anakan yang dihasilkan adalah 4 sel, bukan 2 sel seperti mitosis. Dua pembelahan meiosis dilangsungkan oleh hanya satu proses duplikasi kromosom, sehingga hasilnya keempat sel anakan hanya memiliki separuh jumlah kromosom induknya. Reduksi jumlah kromosom terjadi selama meiosis I. Di saat terjadi reduksi dalam meiosis dari dua kromosom dalam sel-sel diploid menjadi masingmasing unit tunggal, maka individu memberikan satu jiplakan tunggal dari setiap satuan hereditas ke sel-sel germ haploid yang dengannya ia memperanakan turunannya. Setiap fase pada meiosis memiliki ciri-ciri tersendiri. Ciri-ciri itu berupa tingkah laku kromosom yang hamper sama dengan pembelahan mitosis.



III. BAHAN DAN ALAT


A. Bahan

1. Belalang
2. larutan farmer
3. aseco orcein
4. bunga amarilis
5. bunga lilin
6. belalang
7. ethanol 70%
8. kertas
9. tissue
10. korek api

B. Alat

1. gelas arloji
2. kaca preparat
3. covr glas
4. api Bunsen
5. pipet
6. silet





IV. PROSEDUR KERJA


A. Pengumpulan Bunga dan Fiksasi

1. mengumpulkan dan memfiksasi sejumlah kuncup bunga dalam berbagai ukuran akan merupakan material yang baik dalam pengamatan meiosis dengan tekhnik remasan. Malai atau kuncup bunga tadi hendaklah sesegera mungkin di fiksasi untuk menghentikan proses miosis yang mungkin sedang berlangsung. Sehingga kromosom terfiksasi dan dapat diamati dalam keadaaan seperti aslinya pada saat bunga dipetik. Memfiksasi bagian bunga dengan larutan farmer ( 1 bagain asam asetat glacial + 3 bagian alcohol absolute ) selama 1- 24 jam, lalu mencuci dengan alkohol 70%.

A. Penyiapan Preparat

1. melepaskan malai maupun kuncup bunga pada gelas arloji atau petridish. Segera teteskan ethanol 70% untuk menjaga kelembapan bahan
2. bila kuncup bunga atau benang sari terlalu kecil, pemisahan dapat dilakukan dibawah mikriskop diseksi. Latar belakang kertas berwarna hitam akan sangat membantu pemisahan ini karena bahan cenderung berwarna jernih setelah fiksasi.
3. mengusahakan agar bengan sari selalu dalam keadaaan basah oleh ethanol 70%
4. mengambil satu atau dua benign sari dan diletakkan diatas gelas preparat yang terlebih dahulu ditetesi pewarna acetocarmin atau acetoorcein
5. menguraiakan benag sar idengan menggunakan skapel, jarum atau silet
6. menutup preparat dengan cover glas dan panaskan diatas api alkohol, dijaga jangan sampai mendidih, jaga bahan tidak kering karean pemanasan
7. setealah pemanasan, dilakukan peremasan pelan-pelan dan hati-hati dengan ibu jari atau pangkal pensil yang tumpul
8. mengamati preparat dibawah mikroskop
9. untuk memperbesar kemungkinan memperoleh obyek yang diamati, buatlah lebih dari satu preparat yang terdiri dari benang sari dari berbagai stadia dan letaknya pada malai.
10. mengamati preparat dibawah mikroskop
a. mencari dan mengamati fase-fase meiosis
b. menghitung fase mana yang jumlahnya paling banyak
c. menggambar fase-fase yang ada pada preparat yang dibuat
d. mencatat pembesaran yang digunakan













V. HASIL PENGAMATAN



Gambar fase Meiosis pada belalang betina ( fiksasi pagi )
Nama preparat : belalang
pembesaran : 16 x 40
Jumlah kromosom : 8
 Profase I
 Metafase I
 Anafase I
 Telofase I

Fiksasi pagi

Profase I






Metafase I





Anafase I




Telofase I






Fiksasi siang
Profase I




Anafase I




Metafase I




Anafase II








Gambar fase Meiosis pada bunga amarilis
Nama preparat : amarilis
pembesaran : 16 x 40
Jumlah kromosom : 8



Profase I



Metafase I



Anafase I



Telofase I







Profase II





Metafase II




Anafase II







Telofase II




























VI. PEMBAHASAN



Gamet bersifat haploid ( n ) tetapi berasal dari sebuah sel induk diploid ( 2n ) berhubung dengan itu pembentukan gamet harus didahului dengan pembelahan reduksi dari jumlah kromosom , pembelahan ini lazim disebut dengan meiosis (suryo,2008). Meiosis hanya terjadi pada fase reproduksi seksual atau pada jaringan nuftah. Meiosis sel mengalami dua pembelahan berurutan yaitu pembelahan I (meiosis I) dan pembelahan II (meiosis II). Meiosis I dan meiosis II terjadi pada sel tumbuhan. Demikian juga pada sel hewan terjadi meiosis I dan meiosis II. Baik pada pembelahan meiosis I dan II, terjadi fase-fase pembelahan seperti pada mitosis. Oleh karena itu dikenal adanya profase I, metafase I, anafase I , telofase I, profase II, metafase II, anafase II, dan telofase I Meisosis mereduksi atau mengurangi jumlah kromosom menjadi setenganhnya. Sel anakan yang dihasilkan adalah 4 sel bukan 2 sel seperti meitosis. Dua pembelahan meiosis dilangsungkan hanya satu proses duplikasi kromosom, sehingga hasilnya keempat anakan hanya memiliki separuh jumlah kromosom induknya. Reduksi jumlah kromosom terjadi selama meiosis I disaat terjadi reduksi didalam meiosis dar ikedua kromosom dalam sel-sel menjadi masing-masing unit tunggal.

Hasil pengamatan untuk proses meiosis pada praktikum ini adalah

1.) interfase I
Seharusnya pada pembelahan meiosis fase interfase, Kromosom terlihat seperti benang panjang halus (kromonema) proses interfase meiosis berbeda dengan interfase mitosis, morfologi sel serupa dengan sel-sel premitotik tetapi pada akhir interfase inti dari sel-sel premiotik mulai membesar. Pada permulaan G2 suatu perubahan yang searah, membuat sel menuju meisosis ( crowder,2006). Tetapi praktikum ini tidak ditemukan fase interfase karena factor-faktor tertentu yang menyebabkan hal ini terjadi, seperti terlambatnya melakukan fiksasi, dan kurang telitinya pengamtan menggunakan mikroskop, dapat juga terjadi karena pada saat membuat preparat baik pada bunga amarilis, lilin maupun pada belalang belum memenuhi standard preparat yang baik sehingga hasil pengamatan tidak ditemukan fase ini. interface dapat dilihat pada gambar literature berikut


7. ) profase I

Proses profase I pada meiosis jauh lebih lama daripada profase mitosis dan dibagi menjadi lima tahap ( crowder, 2006 ) yaitu :
1. leptoten  pengumpulan kromosom
2. zigoten  kromosom memendek dan berpasangan ( sinapsis )
3. pakhiten  tahap akhir dari proses berpasangan
4. diploten  kromosom yang berpasangan mulai memisah
5. diakinesis  bivalen menjauh

kromosom-kromosom homolog membentuk pasangan yang dinamakan bivalen. Proses berpasangan kromosom homolog dinamakan sinapsis kemudain setiap anggota bivalen membelah memanjang sehingga terbentuklah 4 kromatid. Keempat kromatid pada satu bivalen dinamakan tetrad( suryo,2008) selama proses sinapsis dapat terjad ipindah silang ( crossing over ) yaitu peristiwa penukaran segmen dari kromatid kromatid dalam sebuah tetrad. Berakhirnya profase I, nukleus dan dinding nukleus menghilang, kemudian gelendong inti spindel mulai terbentuk. Hasil praktikum mendapatkan profase I dalam jumlah yang banyak tetapi hampir mendekati proses metafase hal ini juga dikarenakan lamanya proses pembuatan preparat baik amarilis, lilin maupun belalang sehingga proses profase hampir tidak teridentifikasi di bawah mikrsokop.

8. ) metafase I

Tetrad (dari pasangan kromosom-kromosom homolog) menempatkan diri pada bidang ekuator sel.dan terjadi pemisahan kromosom . Homolog menuju kutub yg berlainan beradasarkan orientasi bebas atau dapat dikatakan bahwa bivalen-bivalen menempatakan diri di bidang tengah dari sel secara acakan ( random ) .benang gelondong menjadi teratur dan beberapa benign melekat pada sentomer. Sentromer dari bivalen terdapat pada benang metaphase yaitu merupakan pasangan kromosom tunggal seperti pada metafase dari mitosis. Berderetnya bivalen ini secara rambang dalam hubungannya dengan kromosom yang berasal dari pihak ayah dan dari pihak ibu. Pengaturan kromosom pada metafase ini adalah akibat pengaruh gentik dan Proses ini menjadi dasar kombinasi kromosom yang berbeda pada gamet-gamet yang terbentuk. Praktikum yang telah dilakukan menemukan fase ini dengan jelas karena proses ini sangat banyak terlihat pada preparat baik amarilis, dan belalang yang diamati hal ini dikarenakan baiknya kondisi preparat dan pengaruh fiksasi yang hampir sempurna

9. ) anafase I

Pemisahan kromosom homolog selesai kemudian kini kromosom-kromosm homolog ( masing-masing terdiri dari 2 kromatid ) saling memisahkan diri dan bergerak menuju kutub sel yang berlawanan berarti jumlah kromosm telah diparoh dari keadaan diploid (2n) menjadi haploid (n). pengaturan kromosom homolog dan perpindahan kearah kutub benang gelondong ini secara kebetulan dan merupakan dasar hukum pemisahan bebas ( independent assortement ) dan segregasi dari mendel. Setelah anafase I berakhir maka terjadilah sitokinesis, sehingga sel induk yang mula-mula diploid itu telah menjadi dua sel anakan masing-masing haploid waktu yang pendek antara meiosis I dan meiosis II dinamakan interkinese( suryo, 2008) pada sebagian besar sel tanaman terjadi proses ini yang ditandai dengan kromosom menjadi halus



10. ) profase II

Proses profase II membentuk serabut-serabut gelondong lagi, kromosom menjadi pendek dan tebal dan kelihatan lagi. Kemudian kromosom-kromosom ini bergerak kebidang metafase. Hasil praktikum mengidentifikasikan profase II ini tetapi hasil yang diperoleh belum sempuran karena proses profase II telihat samara-samar atau kurang jelas.

11. ) metafase II

Proses metafase II yang terjadi pada meiosis terjadi penempatan sentromer-sentromer di tengah sel. Kromosom kelihatan terdiri dari dua kromatid, penyebaran kromatid terjadi menuju ke arah kutub secara rambang, sentromer melekat pada benang gelondong dan setromer mulai membelah. Setalah melakukan pengamatan pada preparat ditemukan fase ini, walaupun dalam jumlah yang sedikit. Hal ini dapat disebabkan faktor-faktor yang tidak diharapkan dalam praktikum atau dapat juga disebabkan kurang teliti dalam mengamati preparat.

12. ) anafase II

Sentromer dari tiap kromosom membelah, kromatid-kromatid memisahkan diri dan bergerak kekutub yang berlawanan dan merupakan kromosom. Hasil penelitian pada proses ini terlihat jelas yaitu tiap kromatid membalh diri dan terletak di tiap kutub yang berlawanan.

13. ) telofase II

Setelah semua proses meiosis II terajadi berlangsung sitokinese lagi yang diikuti dengan terbentuknya dinding inti.





Gambar literatur tersebut menunjukkan bagaimana proses meiosis I dan proses meiosis II terjadi. Hasil pengamatan dan literatur banyak terlihat perbedaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan alat praktikum dan ketelitian mahasiswa yang praktikum.
Praktikum meiosis ini terjadi kesalahan yaitu yang seharusnya menggunakan bunga lili tetapi karena kurang teliti dan kurang pengetahuan tentang bunga lili jadi salah yang digunakan adalah bunga lilin. Berikut penjelasan tetang bunga lilin :
KLASIFIKASI
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Scrophulariales
Famili: Acanthaceae
Genus: Pachystachys
Spesies: Pachystachys lutea L.

Bunga lilin merupakan tanaman hias dan dapat digunakan sebagai tanaman obat. Tumbuh sampai 1 meter, meyukai tanah gembur dan intensitas chaya matahari penuh. ketinggian optimal 10-1500 meter diatas permukaan laut. Morfologi bunga llilin berbatang bulat, beruas-ruas kasar dan berwarna hijau kecoklatan. Memiliki daun tunggal, bersilangan berhadapan, tidak bertangkai. daun berbentuk lanset, ujung dan pangkalnya meruncing, warna hijau dengan permukaan daun kasar, panjang daun 5-15 cm dan pertulangan menyirip. Bunga lilin berbunga saat musim panas bunganya majemuk yang keluar di ujung batang atau cabanga. Bentuk bunga bulir, seludang bunga oval dan ujung meruncing.susunan bunga seperti bongkol, ukuranya bervariasi dengan warna kuning. Kelopak bunga berlepasan, panjangnya 1-1,5 dan berwarna kuning. Memiliki benang 2 buah benang sari dengan kepala sari berbentuk panah, warnanya hijau. Mahkota bunga berbentuk paruh, ujung bercangap 2, asimetris,panjang rata-rata pada setiap bunga lilin 3-8 cm, halus, dan berwarna putih.
Buahnya kotak, bulat telur, kasar, dengan panjang sekitar 3-8 mm,warnanya hijau. Bijinya banyak, keras dan berbentuk bulat bulat, warnanya hitam.
Akarnya serabut, coklat kehijauan. Bunga lilin mengandung alkaloid, saponin,dan polifenol. Seluruh bagian bunga dapat digunakan sebagai obat. Untuk jumlah kromosom bunga lilin tidak ditemukan dalam buku, internet maupun majalah-majalah pertanian hal ini dikarenakan keterbatasan penelitian pada bunga lilin dan jarang di gunakan sebagai bahan penelitian proses meiosis.
Proses fiksasi berfungsi agar proses meiosis berhenti sehingga dapat dengan mudah diamati fase-fase pembelahan meiosis
Perlakukan fiksasi bertujuan untuk menstabilkan struktur sel. Fiksasi yang dilakukan tepat pada jaringan yang akan dibuat preparat. Oleh karena itu organisme dimatikan dulu untuk mengambil jaringa epitel pada insang tiram. Selama proses fiksasi akan terjadi penetrasi bahan-bahan fiksasi kedalam sel atau jaringan, dimana fiksasi dilakukan sebagai preservasi sel dan strukturnya pada kondisi yang memungkinkan ( brown, 1997, smith et al, 2003)
Bahan fiksasi yang diserap oleh sel atau jaringan menyebabkan sel-sel berhenti membelah pada tahap tersebut tanpa mengakibatkan kerusakan, pembengkakkan atau penyusutan kromosom dan tanpa mengubah unsur pokok dalam struktur sel. Dan dua hal utama yang diperoleh dari proses ini yakni : struktur sel yang semula tidak jelas tampak menjadi lebih jelas serta struktur sel yang semula rapuh menjadi stable dan cukiup kuat. Fiksasi yang terlalu cepat dapat mengakibatkan hasil yang diperoleh tidak baik ( paulovich et al, 1997) Faktor-faktor yang mempengaruhi fiksasi antara lain :
1. temperatur
2. Ph
3. tekanan osmotic
4. percepatan penetrasi
5. laju perubahan kimia dan fisika
6. serta lamanya fiksasi.


















VII. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan

Meiosis I
– Replikasi khromosom homolog menghasilkan dua khromatid anak (sister chromatid)
– Tiap khromatid tidak memisahkan diri, tetapi tetap bersatu dengan khromosom induk membentuk suatu unit
– Setelah pembelahan pertama, dihasilkan dua unit sel anak yang masing-masing memiliki 2 khromatid anak yang terikat erat (2n)
– Fase-fase dalam meiosis I : Profase I, metafase I, anafase I, dan telofase I
– Fase-fase dalam meiosis I : Profase I, metafase I, anafase I, dan telofase I

Meiosis II
– Tidak terjadi replikasi khromosom lagi
– Khromatid anak yang terikat erat (pada setiap sel anak) akan membelah diri menghasilkan khromosom tunggal pada setiap sel anak
– Pada akhir meiosis II dihasilkan 4 sel anak dengan jumlah set khromosom setengah dari jumlah khromosom sel induk
– Fase-fase dalam meiosis II : profase II, metafase II, anafase II dan telofase II



B. Saran
1. penggunaan mikroskop sebaiknya ditambah agar mempercepat waktu praktikum
2. sebaiknya mahasiswa yang melakukan praktikum dilibatkan dalam pemotongan akar dan prosedur lainnya yang sewaktu praktikum tidak dilkukan oleh mahasiswa praktikum tetapi dilakukan oleh asisten



B Saran

Alat-alat praktikum lebih diperlengkap seperti mikroskop yang merupakan aspek penting dalam penentuan hasil pengamatan dan bimbingan asisten lebih ditingkatakan kepada mahasiswa yang sedang mengadakan praktikum
















DAFTAR PUSTAKA


Stansfield, William D. 1991.genetika edisi kedua, erlangga : Jakarta
Suryo, 2008.genetika starata I. gadjah mada university press : yogyakarta
Weish, james R. 1991. dasar-dasar gentika dan pemuliaan tanaman, Erlangga : Jakarta
Gambar Fase meisosis http://images.google.com/images?hl=en&q=mieosis&blnG= diakses tanggal 30 mei 2009 pukul 20.00 wib.

Weish, james R. 1991. dasar-dasar gentika dan pemuliaan tanaman, Erlangga : Jakarta

Jumat, 26 Juni 2009

LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN

ACARA IV
PERSILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID
( PEMBUKTIAN HUKUM MENDEL I DAN II )




Semester
Genap 2008/2009

Oleh :
Nama : Widdi setiawan
NIM : A1L00090
Rombongan : I

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATURIUM PEMULIAAN TANAMAN
DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2009



ACARA IV PERSILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID
( PEMBUKTIAN HUKUM MENDEL I DAN II )

Judul acara : persilangan monohibrid dan dihibrid ( pembuktian hukum Mendel I dan II )
Tanggal pelaksanaan praktikum : 19 mei 2009
Nama : Widdi setiawan
Rombongan : I
Nama partner :
Nama aisiten jaga :
















I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang.

Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat yang diwariskan, cara sifat diwariskan, dan variasinya yang terjadi pada keturunannya disebut ilmu keturunan atau genetika. Gregor J. Mendel (1822 - 1884) mempelajari sifat-sifat yang diwariskan dari induk pada keturunannya sehingga ia dikenal sebagai bapak genetika. Dalam percobaannya, Mendel menggunakan tanaman kacang ercis atau kacang kapri (Pisum sativum). Adapun alasan Mendel menggunakan tanaman kacang ercis dalam percobaannya adalah:
1. Memiliki pasangan sifat yang kontras.
2. Dapat melakukan penyerbukan sendiri.
3. Mudah dilakukan penyerbukan silang.
4. Mempunyai daur hidup yang relatif pendek.
5. Menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak.
Langkah awal yang dilakukan Mendel adalah menentukan galur murni, yaitu sebuah tanaman yang apabila melakukan penyerbukan sendiri selalu menghasilkan keturunan yang sifatnya sama persis dengan sifat induknya, walaupun penyerbukan tersebut dilakukan berulang-ulang kali hasilnya tetap sama. Kemudian Mendel menyilangkan dua individu galur murni yang sama-sama memiliki pasangan sifat yang kontras.Contohnya kapri berbunga merah disilangkan dengan kapri berbunga putih, yang keduanya galur murni. Dari hasil persilangan tersebut, Mendel mengemukakan beberapa kesimpulan yang kemudian disebut Hukum Mendel:
1. Setiap individu hasil persilangan mengandung gamet dari kedua induknya (bersifat diploid = 2n), misalnya induk jantan berwarna merah (MM) dan betina (mm) maka keturunannya memiliki gen Mm.
2. Pada proses pembentukan gamet, gen berpisah secara acak (Hukum Segregasi secara bebas) atau dikenal sebagai Hukum Mendel I. Jadi Mm akan berpisah menjadi dua gamet, yaitu M dan m.
3. Pada proses pembuahan (fertilisasi) gamet akan bertemu secara acak pula (asortasi) atau dikenal sebagai Hukum Mendel II. Dalam kasus di atasgamet M dapat membuahi gamet lainnya,misalnya M atau dapat juga m.

Lalat buah (Drosophila melanogaster) adalah lalat yang sering sekali dipakai dalam percobaan genetika, bahkan merupakan salah satu faktor penentu bagi perkembangan bidang genetika hingga kini. Ada beberapa pertimbangan utama mengapa lalat Drosophila banyak dipergunakan dalam percobaan genetika yaitu :
1. Mudah didapat
2. Pemeliharaan mudah dan murah
3. Siklus hidup pendek
4. Mudah dibedakan antara yang jantan dan betina
5. Menghasilkan keturunan yang banyak dalam satu siklus hidup
6. Memiliki banyak mutan
7. Jumlah kromosom sedikit
8. Memiliki kromosom raksasa
9. Lalat Drosophila jantan tidak mengalami pindah silang
Pengenalan lalat Drosophila dilakukan dalam beberapa tahapan , yaitu tahapan perkembangan lalat Drosophila dalam satu siklus hidup, membedakan lalat Drosophila normal dengan beberapa mutannya, identifikasi kelamin dan teknik memperlakukan lalat Drosophila untuk suatu percobaan.

Persilangan monohibrida adalah persilangan yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Percobaan ini akan diujikan pada lalat drosophila dengan maksud untuk membuktikan hukum Mendel I. setiap makhluk hidup mempunyai sifat untuk mempertahankan spesiesnya baik itu melalui pembiakan generatif maupun vegetatif. Makhluk hidup berkembang baik secara generatif berarti adanya pemisahan gen dan adanya pewarisan sifat dari parental kepada keturunannya yang bersifat kombinasi gen kedua parentalnya. Gen-gen didalam individu diploid merupakan pasangan-pasangan alel dan masing-masing parental mewariskan satu alel kepada keturunannya. Peawrisan sifat dari yang dapat dikenal dari parental kepada keturunannya secara genetik disebut hereditas. Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi ke generasi dan bersifat konstan









B. Tujuan
1. praktikum dapat mengetahui persilangan dihibrida dan monohibrid
2. praktikum dapat mengetahui dan membuktikan hukum Mendel I dan hukum medel
3. Mengetahui siklus hidup lalat Drosophila melanogaste
4. Mengenal lalat Drosphila melanogaster
5. Mampu mengidentifikasi dan membedakan lalat jantan dan betina
6. .Mengetahui teknik dalam memperlakukan lalat Drosophila melanogaster
7.Mengenal lebih jauh mengenai lalat Drosophila melanogaster





I. TINJAUAN PUSTAKA




Awalnya mendel mempelajari beberapa jenis tumbuhan, namun akhirnya ia memilih tanaman ercis karean tanaman ini ternyata memiliki dua kriteria penting yang mendukung pemikirannya. Yang pertama ada beberapa ciri yang diwariskan berulang kali dari induk tanaman itu kepada generasi selanjutnya. Yang kedua tanaman itu mempunyai mekanisme perbungaan yang dilengkapi pelindung atau mudah untuk melindungi guna mencegah terjadinya pembuahan oleh serbuk sari yang dikehendaki ( Wels, 1991 )
Hukum mendel dapat dibedakan menjadi 2 yaitu hukum medel I dan hukum Mendel II. Hukum mendel I mengatakan bahwa pemisahan gen yang sealel terlihat ketika pembuktikan gamet individu yang memiliki genotype heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel itu. Sedangkan hukum mendel II mengatakan bahwa hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet diaman gen alel secara bebas pergi kemasing-maisng kutub ketika meiosis ( Yatim, 1983 )
Untuk pengamtan dihibrid mendel menggunakan tanaman ercis. jikia biji ercis bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru.



II. BAHAN DAN ALAT

A. Pesilangan Monohibrida
1. Bahan
- Biji kedelai
- tanah
-
2. Alat
- seedbox
-label
-cangkul
-kertas
-pena


B. Persilangan Dihibrid
1. Bahan
- lalat drosophila melanogaster
- media kultur
- cholofrom

2. Alat
- botol kulutr
- kuas kecil
- label
- kantong plastik
- gabus penutup
- petridish
- kaca pembesar
- kapas

C. Pengenalan Lalat Drosophila
1. Bahan
- lalat drosophila melanogaster
- cholrofrom
-media kultur
2. Alat
- botol kultur
-kuas kecil
- label
-kantong plastik
- gabus penutup
-petridish
- kaca pembesar
- kapas

















III. PROSEDUR KERJA

A.Persilangan Monohibrid

1. Menanam biji populasi P1, P2, f1 dan F2 pada seedbx berisi tanah
2. Membiarkan biji kedelai tumbuh dan berkecambah
3. Mengamati warna batang yang muncul ( putih atau ungu )
4. Mentabulasikan warna batang biji
5. Melakukan uji X²

B.Pengenalan Lalat Drosophila
1. Melakukan pembiusan terhadap lalat drosophila dengan menggunakan klorofrom yang diteteskan pada kapas
2. Melakukan identifikasi terhadap
- drosophila jantan dan betina
- drosophila normal
- drosophila ebony
- drosophila mata putih

C. Persilangan Monohibrid

1. Memilih 10-20 lalat drosophila dengan dua tanda beda tertentu untuk dikawinkan
2. Setelah tanpak berbentuk pupa ( 6-7 hari setelah dikawinkan )semua induk persilangan harus dibuang sebelum pupa-pupa tersebut menjadi imago
3. Melakukan pengamtan pada keturunan pertamanya ( F1 ). Apa bial terdapat lebih dari satu macam fenotip, persilangan ini tidak dapat diteruskan hingga F1 karna hasil seperti ini menujukkan bahawa betina yang digunakan adalah tidak virgin. Jika hanya terdapat satu macam fenotip maka dilajutkan sampai memperoleh genrasi F2
4. Melakukan pengamamatan pada keturunan F2. bedakan dan hitung seuai dengan fenotipnya
5. Melakukan uji X²
























IV. HASIL PENGAMATAN

A. Persilangan dihibrid
9 : 3 : 3 : 1 X² tabel = 7, 81
kategori


rumus Normal Ebony White Mata putih + tubuh ebony Σ
O
( observasi ) 25 5 10 3 43
E
( harapan ) 9/16 x 43 =
24,19 3/16 x 43 =
8, 06 3/16 x 43 =
8,06 1/16 x 43 = 2,69 43
( O-E )

(25 - 24,19)
= 0,81 (5 - 8,06)
= 8, 60 ( 10 – 8,06 )
= 1,96 ( 3 – 2, 96 )
= 0,31 0
( O-E )²

(0, 81)²
= 0,66 (-3,06)²
= 9,36 (-1,94)²
= 3, 76 (0,31)²
=0,09 13,87
( O-E )²
E

0,66
24,19
=0,02 9,36
8,06
= 1, 16 3,76
8,06
= 0, 47 0,09
2, 69
= 0,03 1,68



0,² 1,16 0,47 0,03 1,68
X² hitung < X² tabel yaitu 1,68 < 7,81 jadi kesimpulannya adalah hipotesis diterima maka keturunan hasil persilangan sesuai dengan perbandingan

B. Monohibrid

3 : 1 X² tabel = 3, 84
kategori


rumus

PUTIH

UNGU

Σ
O
( observasi )
9
64 73
E
( harapan )
¼ x 73 = 28,25 ¾ x 73 = 54, 75 73

|O - E|

( 9-18,5 ) = - 9,25
( 64 -54,75 ) = 9,5
0

| (O-E) | - 1/2

|( 9 - 18,25 )| – 0,5
= 8,75
|( 64- 54,75)|– 0,5
= 8,75
17,5

{ ( O-E)1/2 }²

( 8,75 )² = 76,5625
( 8,75)² = 76,5625
153,125
{ ( O-E )-1/2)²

E
(8,75)² / 18,25 =
4,19
( 8,75)² / 54,75 =
1,39
5,58



4, 19
1,39
5,58

X² hitung > X² Tabel yaitu 5,58 > 3,84 maka hipotesis ditolak

C. Pengenalan lalat drosophila melanogaster

































Keterangan
1. Antena
2. Mata
3. Sayap
4. Kepala
5. Kaki
6. Abdomem peristerior lancip
7. Torax
• Ukuran tubuh lalat betina lebihbesar
• Abdomen betina tidak berpigmen Abdomen posterior betina berujung runcing dan segmen garis hitamtipis Keterangan
1. Antena
2. Kepala
3. Mata
4. Sisir kelamin (sex comb)
5. Sayap
6. Kaki
7. Abdomen peristerior tumpul
8. Torax
• Ukuran tubuh jantan lebih kecil
• Abdomen jantan terlihat berpigmen Abdomen posterior jantan berujung tumpul dan segmen garis hitam


V. PEMBAHASAN

A. Persilangan Monohibrid

Hukum-hukum mendel merupakan prinsip dasar genetika yang terdiri atas 2 hukum yaitu :
1. ) hukum mendel I ( hukum pemisahan mendel – prinsip segregasi hukum pemisahan gen sealel
a. Dalam peristiwa pembentukan sel kelamin ( gamet) pasangan pasangan alela memisah secara bebas
b. Berlaku untuk pembastaran dengan satu sifat beda ( monohibridisasi) baik dominasi maupun intermediet
2 .) hukum mendel II ( hukum kebasan mendel = prisnsip berpasang-pasangan secara bebas )
a. Dalam peristiwa pembentukan gamet, alela-alela mengadakan kombinasi secara bebas sehingga kombinasi sifat-sifat yang muncul dalam keturunannya beraneka ragam
b. Berlaku untuk pembastaran dengan dua sifat beda ( dihibridisasi ) atau lebih baik dominasi maupun intermediet ( Yatim, 1983 )

Perrcobaan monohibrid kali ini menggunakan kacang kedelai yang di tumbuhkan pada media seedbox berisi tanah yang telah digemburkan dan dibersihkan sebelumnya gar didapat hasil kecambahan yang baik dan disiram secara teratur. kemudian diamatai pertumbuhannya dan kemudian dihitung berapa jumlah kacang kedelai yang berbatang putih dan berapa jumlah kacang kedelai yang berbatang ungu. Hasil pengamatan persilangan monohibrid pada kedelai didapatkan hasil ssebagai berikut : kecambah kedelai yang berwarana putih = 9, kecambah yang berwaran ungu = 64. hasil X² diperoleh kesimpulan hipotesis diterima atau dapat dikatakan bahawa percobaan yang dilakukan mewakili hasil sesungguhnya dilapangan karena X² tabel lebih kecil dari X² hitung yaitu 3,84 < 5,58. dalam percobaan biologi tidak mungkin akan didapatkan data yang segera dapatdipertanggung jawabkan seperti halnya matematika. Berhubung dengan itu adanya penyimpangan ( deviasi ) antara hasil yang didapat dengan hasil yang diharapkan secara teoritis harus dievaluasi ( Suryo, 1994 ) hukum mendel I sangat berhubungan dengan pengamtatan karena hasil pengamtan diperoleh kesimpulan yang sama seperti hukum mendel I
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil praktikum persilangan monohibrid yang menggunakan kacang kedelai antara lain pada penyiapan tanah temapt media tumbuh yang terkadang belum bersih dari akar-akar tanaman, kemudain penggemburan yang kurang sehingga berpengaruh pada pertumbuhan serta penyiraman yang terlalu sedikit sehingga kecambah tidak tumbuh normal dan intensitas penyiraman yang terlalu banyak yang menyebabakan benih busuk dan tumbuh jamur yang menggangu pertumbuhan kecambah. Sehingga dalam penyiraman baiknya melihat kondisi tanah tempat media tumbuh kacang kedelai, bila masih lembab sebaiknya tidak dilakukan penyiraman lagi. Penempatan seedbox yang salah seperti di tempat yang intensitas cahaya mataharinya tinggi atau dengan kata lain tanpa naungan oleh sebab itu peletakan seedbox sebaiknya ditempat yang teduh tetapi tidak lembab. Sehingga pada saat pengamatan dan perhitungan menggunakan chi quare diapatkan hasil yang signifikan.







B. Persilangan Dihibrid

1. ) Pengenalan Lalat Drosophila

Lalat drosophila melanogaster sering digunakan dalam percobaan genetika hal ini dikarenakan beberapa keuntungan atau kelebihan lalat drosophila antara lain
1. ) Mudah dipelihara dalam laboraturium, karean makanannya sangant sederhana dan hanya memerlukan sedikit ruangan dan tubuhnya cukup kuat
2. ) Pada temperatur kamar ( suhu ruangan ) lalat buah ( drososphila melanogaster ) daapt menyelesailkan siklus hidupnya dalam 12 hari
3. ) Jumlahnya di alam bebas sangat banyak
4. ) Menghasilkan keturunan dalam junlah besar
5. ) Jumlah kromosom relative sedikit yaitu 4 pasang kromosom dan memiliki “ giant chromosome” kromosom ini terdapat dalam sel-sel kelenjar ludah yang besarnya 100 kali lipat dari kromosom biasa, sehingga mudah untuk diamati
6. )Memiliki berbagai macam perbedaan keturunan. Lalat drosophila melanogaster ini memiliki beberapa jenis mutan yang dapat di amati dengan perbesaran lemah ( luv )
7. ) Perkembangan siklus hidupnya mudah diamati, karean terjadi diluar tubuhnya mulai dari telur, larva, pupa hingga menjadi dewasa ( imago)




Metamorfosis pada Drosophila merupakan metamorfosis sempurna yaitu dari telur- larva intsar I, larva intsar II, larva intsar III,-pupa dan imago. Perkembangan dimulai segera setelah terajadi fertilisasi yagn terdiri dari dua periode yaitu :
1. ) Periode embrionik didalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu 24 jam. Dan pada saat inilah larva tidak henti-hentinya untuk makan ( Silvia, 2003 )
2 ) Setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu larva, pupa, dan imago ( fase seksual dengan perkembangan pada sayap) formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa ( Silvia,2003 )

Telur Drosphila berbentuk kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina drosophila dewasa meletakkan telur 50-70 telur perhari atau maksimumnya 400-500 buah dalam 10 hari ( Silvia, 2003 ) . telur Drosophila dilapisi oleh dau lapisan, yang pertama selaput vatelin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan yang kedua selaput tipis tetapi kuat ( khohiron ) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangakai tipis. Khorion mempunyai kulit bagian luar yang sangat keras dari telur tersebut ( Borror, 1992 )
Saat larva Drososphila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikulum menjadi keras berpigmen, tanpa kepala dan sayap yang disebut larva intisar 4. formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap dan kai. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif dan dalam keadaan ini larva berganti menjadi lalat dewasa ( Ashburner, 1985 )
Siklus hidup lalat dewasa Drosophila melanogaster sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya pun belum merentang. Sementara itu lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan. Walupun banyak sperma yang masuk kedalam mikrophyle yang terdapat pada ujung anterior tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronoleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio. ( Borror,1992 ) pertumbuhan siklus hidup Drosophila melanogaster dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :
1. ) suhu lingkungan tempat tinggal lalat drosophila

Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8- 11 hari dalam kondisi suhu yang ideal yaitu sekitar 25-28 derajat Celsius. Pada suhu rendah hidupnya realtif lama sekitar 18-20 hari.

2 . ) ketersediana makanan

Jumlah telur yang dihasilkan lalat drosophila akan turun bila kekurangan makanan dan larva yang dihasilkan akan kecil. Walupun larva mampu membentuk pupa berukuran kecil tetapi kebanyakan gagal berkembang menjadi lalat dewasa. Bila berhasil menjadi lalat dewasa telur yang dihasilkan alalt dewasa akan sedikit. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina ( Shorrock,1972 )

3. ) tingkat kepadatan botol pemeliharaan ( jika dikembang biakkan oleh manusia )

Botol temapt pemeliharaan sebaiknya jangan disis penuh makanannya ( buah ) dan jumlah populasi lalat jangan berlebihan cukup beberapa pasang. Apabial teralalu padat lalat drosophila akan menghasilkan sedikit telur dan jumlah kematain akan meningkat.

4.) intensitas cahaya m
Lalat buah Drosophila menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan yang almbat bila gelap








Berikut adalah jenis Drosophila melanogaster dan beberapa mutan yang sering muncul :









Drosophila normal
Lalat Drosophila normal adalah lalat yang Drosphila yang tidak mengalami mutan yang memiliki fenotif dengan karekteristik standar yaitu berbadan kelabu, warna mata merah dan sayap lurus dan panjang.


Kepala lalat buah sebelum dimutasi
Hasil mutasi: Kaki muncul di kepala.



Leg headed flies

Antenanya menyerupai kaki yang berda di atas kepalanya, lalat ini mengalami kerusakan/ cacat/ mutasi pada bagian antenanya.





Eyeles flies
Lalat Drosophila melanogaster ini tidak memiliki mata, lalat ini mengalami mutan dimatanya sehingga lalat tersebut tidak dapat melihat..


Yellow Flies

Lalat Drosophila melanogaster mutan tipe ini mempunyai tubuh yang berwarna kuning akibat adanya mutasi warna.



Curly winged flies
Lalat Drosophila tipe ini memiliki sayap yang keriting , lalat ini memiliki kerusakan yaitu"curly gene."












Lalat Drosophila ini memiliki mata berwarna putih seperti orange-eyed flies, dan memiliki kelainan white gene.

Orange eyed flies
Lalat Drsosophila tipe ini memiliki mata berwarna jingga, lalat ini memiliki kerusakan white gene.


vbd





Ebony
L:alat ini memiliki tubuh yang gelap karena memiliki kerusakan warna. lalat mutan tidak dapat bekerja dengan baik sehinnga tubuhnya berwarna hitam semua.



Short winged files

Lalat Drsosophla mutan tipe ini mempunyai sayap yang pendek sehingga lalat ini tidak dapat terbang,

Mungkin masih banyak lagi mutan dari drosophila yang belum teridentifikasi keberadaanya, hal ini dikarenakan jumlah lalat Drosophila melanogaster di alam sangat banyak maka tidak menutup kemungkinan masih ada mutan yang terajadi dari jumlah yang banyak tersebut

2. ) Persilangan Dihibrid


Hukum mendel II ( hukum kebebasan mendel = prinsip berpasang-pasangan secara bebas ) Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas dalam perisitiwa pembentukan gamet, alela-alela mengadakan kombinasi secara bebas sehingga kombinasi sifat-sifat yang muncul dalam keturunannya beraneka ragam, hukum mendel II berlaku untuk pembastaran dengan dua sifat beda ( dihibridisasi ) baik dominasi maupun intermediet (Yatim, 1983 ) Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes” Atau pengelompokan gen secara bebas
.
Praktikum pengamatan persilangan dihibrid kali ini menggunakan lalat drosophila white dan lalat drsophila ebony menghasilkan keturunan normal sebanyak 25, ebony 5, white 10, mata putih + badan ebony 3.hasil persilangan ini kemudian di uji dengan menggunakan uju chi square ( X² ) yang mendapatkan hasil X² hitung lebih kecil dari X² tabel yaitu 1,68 < 7,81 sehingga hipotesis diterima hasil sesuai dengan hukum mendel II yang mempunyai rasio 9 : 3 : 3 :1

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan seperti, lalat betina yang akan dikawinkan tidak virgin sehingga keturunana yang diharapkan tidak muncul karean sudah dibuahi oleh lalat jantan lain. Oleh karean itu sebaiknya dalam melakukan persilangan lalat white dan ebony harus secepatnya dipisahkan. Sehingga hasil persilangan kedua mutan tersebut sesuai dengan yang diharapkan.













KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
- Persilangan monohibrid adalah persilangan pada suatu organisme yang memiliki satu sifat beda, sedangkan persilangan dihibrid adalah persilangan organisme yang memiliki dua sifat beda.
- Hukum Mendel I disebut juga Hukum segregasi atau pemisahan gen sealel yang menghasilkan perbandingan genotip F2 = 1 : 2 : 1. Sedangkan Hukum Mendel II disebut juga Hukum Asortasi atau pengelompokan gen secara bebas yang menghasilkan perbandingan genotip F2 = 9 : 3 : 3 : 1
- mutan lalat drosophila antara lain Leg headed flies, short winged, ebony,
orang eyed flies, curly winged flies, yellow flies, eyes flies,

B. Saran

- kelengkapan alat praktikum dan bahan praktikum lebih di tingkatkan,
seperti penyediaan mutan lalat drosophila.








DAFTAR PUSTAKA



Ashburner, Michael. 1989. Drosophila, A Laboratoy Handbook. USA : coldspring Harbour Laboratory Press.
Wels, james R.1991. Dasar-dasar genetika dan pemuliaan tanaman. Jakarta : erlangga
Yatim, wildan.1983.genetika.bandung : tarsito
Borror.J.D,Tripleohorn. 1992. pengenalan pengajaran serangga. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.
Welsh , James R. 1991. Dasar-dasar genetika dan pemuliaan tanaman. Jakarta : Erlangga
Suryo. 1990. genetika. Yogyakarta : Universitas Gadjah mada Press.
Suryo. 1994. genetika manusia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Silvia, Triana. 2003. pengaruh pemberian berbagai konsentrasi formaldehida terhadap perkembangan larva drosophila. Bandung : Jurusan Biologi Universitas Padjajaran
Shorrocks, B. 1972. Drosophila. London : Ginn & company Limited

Sabtu, 13 Juni 2009

LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA TUMBUHAN

ACARA IV
PERSILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID
( PEMBUKTIAN HUKUM MENDEL I DAN II )




Semester
Genap 2008/2009

Oleh :
Nama : Widdi setiawan
NIM : A1L00090
Rombongan : I

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATURIUM PEMULIAAN TANAMAN
DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2009



ACARA IV PERSILANGAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID
( PEMBUKTIAN HUKUM MENDEL I DAN II )

Judul acara : persilangan monohibrid dan dihibrid ( pembuktian hukum Mendel I dan II )
Tanggal pelaksanaan praktikum : 19 mei 2009
Nama : Widdi setiawan
Rombongan : I
Nama partner :
Nama aisiten jaga :
















I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang.

Ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat yang diwariskan, cara sifat diwariskan, dan variasinya yang terjadi pada keturunannya disebut ilmu keturunan atau genetika. Gregor J. Mendel (1822 - 1884) mempelajari sifat-sifat yang diwariskan dari induk pada keturunannya sehingga ia dikenal sebagai bapak genetika. Dalam percobaannya, Mendel menggunakan tanaman kacang ercis atau kacang kapri (Pisum sativum). Adapun alasan Mendel menggunakan tanaman kacang ercis dalam percobaannya adalah:
1. Memiliki pasangan sifat yang kontras.
2. Dapat melakukan penyerbukan sendiri.
3. Mudah dilakukan penyerbukan silang.
4. Mempunyai daur hidup yang relatif pendek.
5. Menghasilkan keturunan dalam jumlah banyak.
Langkah awal yang dilakukan Mendel adalah menentukan galur murni, yaitu sebuah tanaman yang apabila melakukan penyerbukan sendiri selalu menghasilkan keturunan yang sifatnya sama persis dengan sifat induknya, walaupun penyerbukan tersebut dilakukan berulang-ulang kali hasilnya tetap sama. Kemudian Mendel menyilangkan dua individu galur murni yang sama-sama memiliki pasangan sifat yang kontras.Contohnya kapri berbunga merah disilangkan dengan kapri berbunga putih, yang keduanya galur murni. Dari hasil persilangan tersebut, Mendel mengemukakan beberapa kesimpulan yang kemudian disebut Hukum Mendel:
1. Setiap individu hasil persilangan mengandung gamet dari kedua induknya (bersifat diploid = 2n), misalnya induk jantan berwarna merah (MM) dan betina (mm) maka keturunannya memiliki gen Mm.
2. Pada proses pembentukan gamet, gen berpisah secara acak (Hukum Segregasi secara bebas) atau dikenal sebagai Hukum Mendel I. Jadi Mm akan berpisah menjadi dua gamet, yaitu M dan m.
3. Pada proses pembuahan (fertilisasi) gamet akan bertemu secara acak pula (asortasi) atau dikenal sebagai Hukum Mendel II. Dalam kasus di atasgamet M dapat membuahi gamet lainnya,misalnya M atau dapat juga m.

Lalat buah (Drosophila melanogaster) adalah lalat yang sering sekali dipakai dalam percobaan genetika, bahkan merupakan salah satu faktor penentu bagi perkembangan bidang genetika hingga kini. Ada beberapa pertimbangan utama mengapa lalat Drosophila banyak dipergunakan dalam percobaan genetika yaitu :
1. Mudah didapat
2. Pemeliharaan mudah dan murah
3. Siklus hidup pendek
4. Mudah dibedakan antara yang jantan dan betina
5. Menghasilkan keturunan yang banyak dalam satu siklus hidup
6. Memiliki banyak mutan
7. Jumlah kromosom sedikit
8. Memiliki kromosom raksasa
9. Lalat Drosophila jantan tidak mengalami pindah silang
Pengenalan lalat Drosophila dilakukan dalam beberapa tahapan , yaitu tahapan perkembangan lalat Drosophila dalam satu siklus hidup, membedakan lalat Drosophila normal dengan beberapa mutannya, identifikasi kelamin dan teknik memperlakukan lalat Drosophila untuk suatu percobaan.

Persilangan monohibrida adalah persilangan yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Percobaan ini akan diujikan pada lalat drosophila dengan maksud untuk membuktikan hukum Mendel I. setiap makhluk hidup mempunyai sifat untuk mempertahankan spesiesnya baik itu melalui pembiakan generatif maupun vegetatif. Makhluk hidup berkembang baik secara generatif berarti adanya pemisahan gen dan adanya pewarisan sifat dari parental kepada keturunannya yang bersifat kombinasi gen kedua parentalnya. Gen-gen didalam individu diploid merupakan pasangan-pasangan alel dan masing-masing parental mewariskan satu alel kepada keturunannya. Peawrisan sifat dari yang dapat dikenal dari parental kepada keturunannya secara genetik disebut hereditas. Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi ke generasi dan bersifat konstan









B. Tujuan
1. praktikum dapat mengetahui persilangan dihibrida dan monohibrid
2. praktikum dapat mengetahui dan membuktikan hukum Mendel I dan hukum medel
3. Mengetahui siklus hidup lalat Drosophila melanogaste
4. Mengenal lalat Drosphila melanogaster
5. Mampu mengidentifikasi dan membedakan lalat jantan dan betina
6. .Mengetahui teknik dalam memperlakukan lalat Drosophila melanogaster
7.Mengenal lebih jauh mengenai lalat Drosophila melanogaster





I. TINJAUAN PUSTAKA




Awalnya mendel mempelajari beberapa jenis tumbuhan, namun akhirnya ia memilih tanaman ercis karean tanaman ini ternyata memiliki dua kriteria penting yang mendukung pemikirannya. Yang pertama ada beberapa ciri yang diwariskan berulang kali dari induk tanaman itu kepada generasi selanjutnya. Yang kedua tanaman itu mempunyai mekanisme perbungaan yang dilengkapi pelindung atau mudah untuk melindungi guna mencegah terjadinya pembuahan oleh serbuk sari yang dikehendaki ( Wels, 1991 )
Hukum mendel dapat dibedakan menjadi 2 yaitu hukum medel I dan hukum Mendel II. Hukum mendel I mengatakan bahwa pemisahan gen yang sealel terlihat ketika pembuktikan gamet individu yang memiliki genotype heterozigot, sehingga tiap gamet mengandung salah satu alel itu. Sedangkan hukum mendel II mengatakan bahwa hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet diaman gen alel secara bebas pergi kemasing-maisng kutub ketika meiosis ( Yatim, 1983 )
Untuk pengamtan dihibrid mendel menggunakan tanaman ercis. jikia biji ercis bulat kuning homozygote (BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru.



II. BAHAN DAN ALAT

A. Pesilangan Monohibrida
1. Bahan
- Biji kedelai
- tanah
-
2. Alat
- seedbox
-label
-cangkul
-kertas
-pena


B. Persilangan Dihibrid
1. Bahan
- lalat drosophila melanogaster
- media kultur
- cholofrom

2. Alat
- botol kulutr
- kuas kecil
- label
- kantong plastik
- gabus penutup
- petridish
- kaca pembesar
- kapas

C. Pengenalan Lalat Drosophila
1. Bahan
- lalat drosophila melanogaster
- cholrofrom
-media kultur
2. Alat
- botol kultur
-kuas kecil
- label
-kantong plastik
- gabus penutup
-petridish
- kaca pembesar
- kapas

















III. PROSEDUR KERJA

A.Persilangan Monohibrid

1. Menanam biji populasi P1, P2, f1 dan F2 pada seedbx berisi tanah
2. Membiarkan biji kedelai tumbuh dan berkecambah
3. Mengamati warna batang yang muncul ( putih atau ungu )
4. Mentabulasikan warna batang biji
5. Melakukan uji X²

B.Pengenalan Lalat Drosophila
1. Melakukan pembiusan terhadap lalat drosophila dengan menggunakan klorofrom yang diteteskan pada kapas
2. Melakukan identifikasi terhadap
- drosophila jantan dan betina
- drosophila normal
- drosophila ebony
- drosophila mata putih

C. Persilangan Monohibrid

1. Memilih 10-20 lalat drosophila dengan dua tanda beda tertentu untuk dikawinkan
2. Setelah tanpak berbentuk pupa ( 6-7 hari setelah dikawinkan )semua induk persilangan harus dibuang sebelum pupa-pupa tersebut menjadi imago
3. Melakukan pengamtan pada keturunan pertamanya ( F1 ). Apa bial terdapat lebih dari satu macam fenotip, persilangan ini tidak dapat diteruskan hingga F1 karna hasil seperti ini menujukkan bahawa betina yang digunakan adalah tidak virgin. Jika hanya terdapat satu macam fenotip maka dilajutkan sampai memperoleh genrasi F2
4. Melakukan pengamamatan pada keturunan F2. bedakan dan hitung seuai dengan fenotipnya
5. Melakukan uji X²
























IV. HASIL PENGAMATAN

A. Persilangan dihibrid
9 : 3 : 3 : 1 X² tabel = 7, 81
kategori


rumus Normal Ebony White Mata putih + tubuh ebony Σ
O
( observasi ) 25 5 10 3 43
E
( harapan ) 9/16 x 43 =
24,19 3/16 x 43 =
8, 06 3/16 x 43 =
8,06 1/16 x 43 = 2,69 43
( O-E )

(25 - 24,19)
= 0,81 (5 - 8,06)
= 8, 60 ( 10 – 8,06 )
= 1,96 ( 3 – 2, 96 )
= 0,31 0
( O-E )²

(0, 81)²
= 0,66 (-3,06)²
= 9,36 (-1,94)²
= 3, 76 (0,31)²
=0,09 13,87
( O-E )²
E

0,66
24,19
=0,02 9,36
8,06
= 1, 16 3,76
8,06
= 0, 47 0,09
2, 69
= 0,03 1,68



0,² 1,16 0,47 0,03 1,68
X² hitung < X² tabel yaitu 1,68 < 7,81 jadi kesimpulannya adalah hipotesis diterima maka keturunan hasil persilangan sesuai dengan perbandingan

B. Monohibrid

3 : 1 X² tabel = 3, 84
kategori


rumus

PUTIH

UNGU

Σ
O
( observasi )
9
64 73
E
( harapan )
¼ x 73 = 28,25 ¾ x 73 = 54, 75 73

|O - E|

( 9-18,5 ) = - 9,25
( 64 -54,75 ) = 9,5
0

| (O-E) | - 1/2

|( 9 - 18,25 )| – 0,5
= 8,75
|( 64- 54,75)|– 0,5
= 8,75
17,5

{ ( O-E)1/2 }²

( 8,75 )² = 76,5625
( 8,75)² = 76,5625
153,125
{ ( O-E )-1/2)²

E
(8,75)² / 18,25 =
4,19
( 8,75)² / 54,75 =
1,39
5,58



4, 19
1,39
5,58

X² hitung > X² Tabel yaitu 5,58 > 3,84 maka hipotesis ditolak

C. Pengenalan lalat drosophila melanogaster

































Keterangan
1. Antena
2. Mata
3. Sayap
4. Kepala
5. Kaki
6. Abdomem peristerior lancip
7. Torax
• Ukuran tubuh lalat betina lebihbesar
• Abdomen betina tidak berpigmen Abdomen posterior betina berujung runcing dan segmen garis hitamtipis Keterangan
1. Antena
2. Kepala
3. Mata
4. Sisir kelamin (sex comb)
5. Sayap
6. Kaki
7. Abdomen peristerior tumpul
8. Torax
• Ukuran tubuh jantan lebih kecil
• Abdomen jantan terlihat berpigmen Abdomen posterior jantan berujung tumpul dan segmen garis hitam


V. PEMBAHASAN

A. Persilangan Monohibrid

Hukum-hukum mendel merupakan prinsip dasar genetika yang terdiri atas 2 hukum yaitu :
1. ) hukum mendel I ( hukum pemisahan mendel – prinsip segregasi hukum pemisahan gen sealel
a. Dalam peristiwa pembentukan sel kelamin ( gamet) pasangan pasangan alela memisah secara bebas
b. Berlaku untuk pembastaran dengan satu sifat beda ( monohibridisasi) baik dominasi maupun intermediet
2 .) hukum mendel II ( hukum kebasan mendel = prisnsip berpasang-pasangan secara bebas )
a. Dalam peristiwa pembentukan gamet, alela-alela mengadakan kombinasi secara bebas sehingga kombinasi sifat-sifat yang muncul dalam keturunannya beraneka ragam
b. Berlaku untuk pembastaran dengan dua sifat beda ( dihibridisasi ) atau lebih baik dominasi maupun intermediet ( Yatim, 1983 )

Perrcobaan monohibrid kali ini menggunakan kacang kedelai yang di tumbuhkan pada media seedbox berisi tanah yang telah digemburkan dan dibersihkan sebelumnya gar didapat hasil kecambahan yang baik dan disiram secara teratur. kemudian diamatai pertumbuhannya dan kemudian dihitung berapa jumlah kacang kedelai yang berbatang putih dan berapa jumlah kacang kedelai yang berbatang ungu. Hasil pengamatan persilangan monohibrid pada kedelai didapatkan hasil ssebagai berikut : kecambah kedelai yang berwarana putih = 9, kecambah yang berwaran ungu = 64. hasil X² diperoleh kesimpulan hipotesis diterima atau dapat dikatakan bahawa percobaan yang dilakukan mewakili hasil sesungguhnya dilapangan karena X² tabel lebih kecil dari X² hitung yaitu 3,84 < 5,58. dalam percobaan biologi tidak mungkin akan didapatkan data yang segera dapatdipertanggung jawabkan seperti halnya matematika. Berhubung dengan itu adanya penyimpangan ( deviasi ) antara hasil yang didapat dengan hasil yang diharapkan secara teoritis harus dievaluasi ( Suryo, 1994 ) hukum mendel I sangat berhubungan dengan pengamtatan karena hasil pengamtan diperoleh kesimpulan yang sama seperti hukum mendel I
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil praktikum persilangan monohibrid yang menggunakan kacang kedelai antara lain pada penyiapan tanah temapt media tumbuh yang terkadang belum bersih dari akar-akar tanaman, kemudain penggemburan yang kurang sehingga berpengaruh pada pertumbuhan serta penyiraman yang terlalu sedikit sehingga kecambah tidak tumbuh normal dan intensitas penyiraman yang terlalu banyak yang menyebabakan benih busuk dan tumbuh jamur yang menggangu pertumbuhan kecambah. Sehingga dalam penyiraman baiknya melihat kondisi tanah tempat media tumbuh kacang kedelai, bila masih lembab sebaiknya tidak dilakukan penyiraman lagi. Penempatan seedbox yang salah seperti di tempat yang intensitas cahaya mataharinya tinggi atau dengan kata lain tanpa naungan oleh sebab itu peletakan seedbox sebaiknya ditempat yang teduh tetapi tidak lembab. Sehingga pada saat pengamatan dan perhitungan menggunakan chi quare diapatkan hasil yang signifikan.







B. Persilangan Dihibrid

1. ) Pengenalan Lalat Drosophila

Lalat drosophila melanogaster sering digunakan dalam percobaan genetika hal ini dikarenakan beberapa keuntungan atau kelebihan lalat drosophila antara lain
1. ) Mudah dipelihara dalam laboraturium, karean makanannya sangant sederhana dan hanya memerlukan sedikit ruangan dan tubuhnya cukup kuat
2. ) Pada temperatur kamar ( suhu ruangan ) lalat buah ( drososphila melanogaster ) daapt menyelesailkan siklus hidupnya dalam 12 hari
3. ) Jumlahnya di alam bebas sangat banyak
4. ) Menghasilkan keturunan dalam junlah besar
5. ) Jumlah kromosom relative sedikit yaitu 4 pasang kromosom dan memiliki “ giant chromosome” kromosom ini terdapat dalam sel-sel kelenjar ludah yang besarnya 100 kali lipat dari kromosom biasa, sehingga mudah untuk diamati
6. )Memiliki berbagai macam perbedaan keturunan. Lalat drosophila melanogaster ini memiliki beberapa jenis mutan yang dapat di amati dengan perbesaran lemah ( luv )
7. ) Perkembangan siklus hidupnya mudah diamati, karean terjadi diluar tubuhnya mulai dari telur, larva, pupa hingga menjadi dewasa ( imago)




Metamorfosis pada Drosophila merupakan metamorfosis sempurna yaitu dari telur- larva intsar I, larva intsar II, larva intsar III,-pupa dan imago. Perkembangan dimulai segera setelah terajadi fertilisasi yagn terdiri dari dua periode yaitu :
1. ) Periode embrionik didalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu 24 jam. Dan pada saat inilah larva tidak henti-hentinya untuk makan ( Silvia, 2003 )
2 ) Setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap yaitu larva, pupa, dan imago ( fase seksual dengan perkembangan pada sayap) formasi lainnya pada perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa ( Silvia,2003 )

Telur Drosphila berbentuk kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina drosophila dewasa meletakkan telur 50-70 telur perhari atau maksimumnya 400-500 buah dalam 10 hari ( Silvia, 2003 ) . telur Drosophila dilapisi oleh dau lapisan, yang pertama selaput vatelin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan yang kedua selaput tipis tetapi kuat ( khohiron ) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangakai tipis. Khorion mempunyai kulit bagian luar yang sangat keras dari telur tersebut ( Borror, 1992 )
Saat larva Drososphila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikulum menjadi keras berpigmen, tanpa kepala dan sayap yang disebut larva intisar 4. formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap dan kai. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif dan dalam keadaan ini larva berganti menjadi lalat dewasa ( Ashburner, 1985 )
Siklus hidup lalat dewasa Drosophila melanogaster sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya pun belum merentang. Sementara itu lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan. Walupun banyak sperma yang masuk kedalam mikrophyle yang terdapat pada ujung anterior tapi hanya satu yang dapat berfertilisasi dengan pronoleus betina dan yang lainnya segera berabsorpsi dalam perkembangan jaringan embrio. ( Borror,1992 ) pertumbuhan siklus hidup Drosophila melanogaster dipengaruhi oleh beberapa hal sebagai berikut :
1. ) suhu lingkungan tempat tinggal lalat drosophila

Drosophila melanogaster mengalami siklus selama 8- 11 hari dalam kondisi suhu yang ideal yaitu sekitar 25-28 derajat Celsius. Pada suhu rendah hidupnya realtif lama sekitar 18-20 hari.

2 . ) ketersediana makanan

Jumlah telur yang dihasilkan lalat drosophila akan turun bila kekurangan makanan dan larva yang dihasilkan akan kecil. Walupun larva mampu membentuk pupa berukuran kecil tetapi kebanyakan gagal berkembang menjadi lalat dewasa. Bila berhasil menjadi lalat dewasa telur yang dihasilkan alalt dewasa akan sedikit. Viabilitas dari telur-telur ini juga dipengaruhi oleh jenis dan jumlah makanan yang dimakan oleh larva betina ( Shorrock,1972 )

3. ) tingkat kepadatan botol pemeliharaan ( jika dikembang biakkan oleh manusia )

Botol temapt pemeliharaan sebaiknya jangan disis penuh makanannya ( buah ) dan jumlah populasi lalat jangan berlebihan cukup beberapa pasang. Apabial teralalu padat lalat drosophila akan menghasilkan sedikit telur dan jumlah kematain akan meningkat.

4.) intensitas cahaya m
Lalat buah Drosophila menyukai cahaya remang-remang dan akan mengalami pertumbuhan yang almbat bila gelap








Berikut adalah jenis Drosophila melanogaster dan beberapa mutan yang sering muncul :









Drosophila normal
Lalat Drosophila normal adalah lalat yang Drosphila yang tidak mengalami mutan yang memiliki fenotif dengan karekteristik standar yaitu berbadan kelabu, warna mata merah dan sayap lurus dan panjang.


Kepala lalat buah sebelum dimutasi
Hasil mutasi: Kaki muncul di kepala.



Leg headed flies

Antenanya menyerupai kaki yang berda di atas kepalanya, lalat ini mengalami kerusakan/ cacat/ mutasi pada bagian antenanya.





Eyeles flies
Lalat Drosophila melanogaster ini tidak memiliki mata, lalat ini mengalami mutan dimatanya sehingga lalat tersebut tidak dapat melihat..


Yellow Flies

Lalat Drosophila melanogaster mutan tipe ini mempunyai tubuh yang berwarna kuning akibat adanya mutasi warna.



Curly winged flies
Lalat Drosophila tipe ini memiliki sayap yang keriting , lalat ini memiliki kerusakan yaitu"curly gene."












Lalat Drosophila ini memiliki mata berwarna putih seperti orange-eyed flies, dan memiliki kelainan white gene.

Orange eyed flies
Lalat Drsosophila tipe ini memiliki mata berwarna jingga, lalat ini memiliki kerusakan white gene.


vbd





Ebony
L:alat ini memiliki tubuh yang gelap karena memiliki kerusakan warna. lalat mutan tidak dapat bekerja dengan baik sehinnga tubuhnya berwarna hitam semua.



Short winged files

Lalat Drsosophla mutan tipe ini mempunyai sayap yang pendek sehingga lalat ini tidak dapat terbang,

Mungkin masih banyak lagi mutan dari drosophila yang belum teridentifikasi keberadaanya, hal ini dikarenakan jumlah lalat Drosophila melanogaster di alam sangat banyak maka tidak menutup kemungkinan masih ada mutan yang terajadi dari jumlah yang banyak tersebut

2. ) Persilangan Dihibrid


Hukum mendel II ( hukum kebebasan mendel = prinsip berpasang-pasangan secara bebas ) Segregasi suatu pasangan gen tidak bergantung kepada segregasi pasangan gen lainnya, sehingga di dalam gamet-gamet yang terbentuk akan terjadi pemilihan kombinasi gen-gen secara bebas dalam perisitiwa pembentukan gamet, alela-alela mengadakan kombinasi secara bebas sehingga kombinasi sifat-sifat yang muncul dalam keturunannya beraneka ragam, hukum mendel II berlaku untuk pembastaran dengan dua sifat beda ( dihibridisasi ) baik dominasi maupun intermediet (Yatim, 1983 ) Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes” Atau pengelompokan gen secara bebas
.
Praktikum pengamatan persilangan dihibrid kali ini menggunakan lalat drosophila white dan lalat drsophila ebony menghasilkan keturunan normal sebanyak 25, ebony 5, white 10, mata putih + badan ebony 3.hasil persilangan ini kemudian di uji dengan menggunakan uju chi square ( X² ) yang mendapatkan hasil X² hitung lebih kecil dari X² tabel yaitu 1,68 < 7,81 sehingga hipotesis diterima hasil sesuai dengan hukum mendel II yang mempunyai rasio 9 : 3 : 3 :1

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan seperti, lalat betina yang akan dikawinkan tidak virgin sehingga keturunana yang diharapkan tidak muncul karean sudah dibuahi oleh lalat jantan lain. Oleh karean itu sebaiknya dalam melakukan persilangan lalat white dan ebony harus secepatnya dipisahkan. Sehingga hasil persilangan kedua mutan tersebut sesuai dengan yang diharapkan.













KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
- Persilangan monohibrid adalah persilangan pada suatu organisme yang memiliki satu sifat beda, sedangkan persilangan dihibrid adalah persilangan organisme yang memiliki dua sifat beda.
- Hukum Mendel I disebut juga Hukum segregasi atau pemisahan gen sealel yang menghasilkan perbandingan genotip F2 = 1 : 2 : 1. Sedangkan Hukum Mendel II disebut juga Hukum Asortasi atau pengelompokan gen secara bebas yang menghasilkan perbandingan genotip F2 = 9 : 3 : 3 : 1
- mutan lalat drosophila antara lain Leg headed flies, short winged, ebony,
orang eyed flies, curly winged flies, yellow flies, eyes flies,

B. Saran

- kelengkapan alat praktikum dan bahan praktikum lebih di tingkatkan,
seperti penyediaan mutan lalat drosophila.








DAFTAR PUSTAKA



Ashburner, Michael. 1989. Drosophila, A Laboratoy Handbook. USA : coldspring Harbour Laboratory Press.
Wels, james R.1991. Dasar-dasar genetika dan pemuliaan tanaman. Jakarta : erlangga
Yatim, wildan.1983.genetika.bandung : tarsito
Borror.J.D,Tripleohorn. 1992. pengenalan pengajaran serangga. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.
Welsh , James R. 1991. Dasar-dasar genetika dan pemuliaan tanaman. Jakarta : Erlangga
Suryo. 1990. genetika. Yogyakarta : Universitas Gadjah mada Press.
Suryo. 1994. genetika manusia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Silvia, Triana. 2003. pengaruh pemberian berbagai konsentrasi formaldehida terhadap perkembangan larva drosophila. Bandung : Jurusan Biologi Universitas Padjajaran
Shorrocks, B. 1972. Drosophila. London : Ginn & company Limited

Senin, 08 Juni 2009

mendel II

HUKUM MENDEL II
Dalam eksperimen-eksperimen yang lain, Mendel telah mengkaji pewarisan dua trait yang berlainan dalam tumbuhan yang sama, iaitu trait ketinggian dan trait bentuk biji. Kajian ini melibatkan pewarisan dua trait yang berlainan, maka disebut pewarisan dihibrid. Berdasarkan keputusan eksperimen yang melibatkan pewarisan dihibrid, Mendel taleh mengesyorkan Hukum Mendel II yang juga dikenali sebagai Hukum Pengaturan Bebas. Hukum Mendel II menyatakan bahawa setiap ahli dari sepasang alel boleh bergabung secara rawak dengan mana-mana satu alel dari pasangan yang lain Berikut adalah contoh untuk menunjukkan Hukum Mendel II.



Genotype kepada 2 ciri yang tidak bergantung antara satu sama lain menunjukkan purata 9:3:3:1 dalam generasi F2. Dalam gambar ini,warna bulu ditunjukkan oleh huruf B (coklat,dominant) atau b (putih) manakala, panjang ekor ditunjukkan oleh huruf S (pendek,dominant) atau s (panjang).

MENDELIAN TRAIT
Mendelian trait ialah satu ciri yang dikawal oleh satu loci yang menunjukkan pewarisan Mendel yang ringkas. Mutasi yang berlaku pada satu loci akan menyebabkan penyakit yang akan diwarisi mengikut Hukum Mendel. Contohnya ialah anemia sel sabit, penyakit Tay-Sachs, dan xerodema pigmentosa. Penyakit-penyakit yang dikawal oleh satu loci ini berbeza dengan penyakit yang dikawal oleh pelbagai faktor seperti sakit sendi kerana ia disebabkan oleh mutasi di beberapa loci termasuklah faktor persekitaran.

laporan pertanian

I. PENDAHULUAN

A. latar belakang

Gen rangkai kelamin dapat dikelompok-kelompokkan berdasarkan atas macam kromosom kelamin tempatnya berada. Oleh karena kromosom kelamin pada umumnya dapat dibedakan menjadi kromosom X dan Y, maka gen rangkai kelamin dapat menjadi gen rangkai X (X-linked genes) dan gen rangkai Y (Y-linked genes). Di samping itu, ada pula beberapa gen yang terletak pada kromosom X tetapi memiliki pasangan pada kromosom Y. Gen semacam ini dinamakan gen rangkai kelamin tak sempurna (incompletely sex-linked genes). Pada bab ini akan dijelaskan cara pewarisan macam-macam gen rangkai kelamin tersebut serta beberapa sistem penentuan jenis kelamin pada berbagai spesies organisme.
Pewarisan Rangkai X
Percobaan yang pertama kali mengungkapkan adanya peristiwa rangkai kelamin dilakukan oleh T.H Morgan pada tahun 1910. Dia menyilangkan lalat D. melanogaster jantan bermata putih dengan betina bermata merah. Lalat bermata merah lazim dianggap sebagai lalat normal atau tipe alami (wild type), sedang gen pengatur tipe alami, misalnya pengatur warna mata merah ini, dapat dilambangkan dengan tanda +. Biasanya, meskipun tidak selalu, gen tipe alami bersifat dominan terhadap alel mutannya.
Hasil persilangan Morgan tersebut, khususnya pada generasi F1, ternyata berbeda jika tetua jantan yang digunakan adalah tipe alami (bermata merah) dan tetua betinanya bermata putih. Dengan perkataan lain, perkawinan resiprok menghasilkan keturunan yang berbeda. Persilangan resiprok dengan hasil yang berbeda ini memberikan petunjuk bahwa pewarisan warna mata pada Drosophila ada hubungannya dengan jenis kelamin, dan ternyata kemudian memang diketahui bahwa gen yang mengatur warna mata pada Drosophila terletak pada kromosom kelamin, dalam hal ini kromosom X. Oleh karena itu, gen pengatur warna mata ini dikatakan sebagai gen rangkai X.


Secara skema pewarisan warna mata pada Drosophila dapat dilihat pada Gambar 6.1. Kromosom X dan Y masimg-masing lazim dilambangkan dengan tanda dan .



P : + + w P : w w +
x x
betina normal jantan mata putih betina mata putih jantan normal


F1 : + w + F1: + w w

betina normal jantan normal betina normal jantan mata putih
a) b)
Gambar 6.1. Diagram persilangan rangkai X pada Drosophila
Jika kita perhatikan Gambar 6.1.b, akan nampak bahwa lalat F1 betina mempunyai mata seperti tetua jantannya, yaitu normal/merah. Sebaliknya, lalat F1 jantan warna matanya seperti tetua betinanya, yaitu putih. Pewarisan sifat semacam ini disebut sebagai criss cross inheritance.
Pada Drosophila, dan juga beberapa spesies organisme lainnya, individu betina membawa dua buah kromosom X, yang dengan sendirinya homolog, sehingga gamet-gamet yang dihasilkannya akan mempunyai susunan gen yang sama. Oleh karena itu, individu betina ini dikatakan bersifat homogametik. Sebaliknya, individu jantan yang hanya membawa sebuah kromosom X akan menghasilkan dua macam gamet yang berbeda, yaitu gamet yang membawa kromosom X dan gamet yang membawa kromosom Y. Individu jantan ini dikatakan bersifat heterogametik.
Rangkai X pada kucing
Warna bulu pada kucing ditentukan oleh suatu gen rangkai X. Dalam keadaan heterozigot gen ini menyebabkan warna bulu yang dikenal dengan istilah tortoise shell. Oleh karena genotipe heterozigot untuk gen rangkai X hanya dapat dijumpai pada individu betina, maka kucing berbulu tortoise shell hanya terdapat pada jenis kelamin betina. Sementara itu, individu homozigot dominan (betina) dan hemizigot dominan (jantan) mempunyai bulu berwarna hitam. Individu homozigot resesif (betina) dan hemizigot resesif (jantan) akan berbulu kuning.
Istilah hemizigot digunakan untuk menyebutkan genotipe individu dengan sebuah kromosom X. Individu dengan gen dominan yang terdapat pada satu-satunya kromosom X dikatakan hemizigot dominan. Sebaliknya, jika gen tersebut resesif, individu yang memilikinya disebut hemizigot resesif.
Rangkai X pada manusia
Salah satu contoh gen rangkai X pada manusia adalah gen resesif yang menyebabkan penyakit hemofilia, yaitu gangguan dalam proses pembekuan darah. Sebenarnya, kasus hemofilia telah dijumpai sejak lama di negara-negara Arab ketika beberapa anak laki-laki meninggal akibat perdarahan hebat setelah dikhitan. Namun, waktu itu kematian akibat perdarahan ini hanya dianggap sebagai takdir semata.
Hemofilia baru menjadi terkenal dan dipelajari pola pewarisannya setelah beberapa anggota keluarga Kerajaan Inggris mengalaminya. Awalnya, salah seorang di antara putra Ratu Victoria menderita hemofilia sementara dua di antara putrinya karier atau heterozigot. Dari kedua putri yang heterozigot ini lahir tiga cucu laki-laki yang menderita hemofilia dan empat cucu wanita yang heterozigot. Melalui dua dari keempat cucu yang heterozigot inilah penyakit hemofilia tersebar di kalangan keluarga Kerajaan Rusia dan Spanyol. Sementara itu, anggota keluarga Kerajaan Inggris saat ini yang merupakan keturunan putra/putri normal Ratu Victoria bebas dari penyakit hemofilia.
Rangkai Z pada ayam
Pada dasarnya pola pewarisan sifat rangkai Z sama dengan pewarisan sifat rangkai X. Hanya saja, kalau pada rangkai X individu homogametik berjenis kelamin pria/jantan sementara individu heterogametik berjenis kelamin wanita/betina, pada rangkai Z justru terjadi sebaliknya. Individu homogametik (ZZ) adalah jantan, sedang individu heterogametik (ZW) adalah betina.
Contoh gen rangkai Z yang lazim dikemukakan adalah gen resesif br yang menyebabkan pemerataan pigmentasi bulu secara normal pada ayam. Alelnya, Br, menyebabkan bulu ayam menjadi burik. Jadi, pada kasus ini alel resesif justru dianggap sebagai tipe alami atau normal (dilambangkan dengan +), sedang alel dominannya merupakan alel mutan.
Pewarisan Rangkai Y
Pada umumnya kromosom Y hanya sedikit sekali mengandung gen yang aktif. Jumlah yang sangat sedikit ini mungkin disebabkan oleh sulitnya menemukan alel mutan bagi gen rangkai Y yang dapat menghasilkan fenotipe abnormal. Biasanya suatu gen/alel dapat dideteksi keberadaannya apabila fenotipe yang dihasilkannya adalah abnormal. Oleh karena fenotipe abnormal yang disebabkan oleh gen rangkai Y jumlahnya sangat sedikit, maka gen rangkai Y diduga merupakan gen yang sangat stabil.
Gen rangkai Y jelas tidak mungkin diekspresikan pada individu betina/wanita sehingga gen ini disebut juga gen holandrik. Contoh gen holandrik pada manusia adalah Hg dengan alelnya hg yang menyebabkan bulu kasar dan panjang, Ht dengan alelnya ht yang menyebabkan pertumbuhan bulu panjang di sekitar telinga, dan Wt dengan alelnya wt yang menyebabkan abnormalitas kulit pada jari.
Pewarisan Rangkai Kelamin Tak Sempurna
Meskipun dari uraian di atas secara tersirat dapat ditafsirkan bahwa kromosom X tidak homolog dengan kromosom Y, ternyata ada bagian atau segmen tertentu pada kedua kromosom tersebut yang homolog satu sama lain. Dengan perkataan lain, ada beberapa gen pada kromosom X yang mempunyai alel pada kromosom Y. Pewarisan sifat yang diatur oleh gen semacam ini dapat dikatakan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, dan berlangsung seperti halnya pewarisan gen autosomal. Oleh karena itu, gen-gen pada segmen kromosom X dan Y yang homolog ini disebut juga gen rangkai kelamin tak sempurna.
Pada D. melanogaster terdapat gen rangkai kelamin tak sempurna yang menyebabkan pertumbuhan bulu pendek. Pewarisan gen yang bersifat resesif ini dapat dilihat pada Gambar 6.2.
P : P :
+ + x b b b b x + +
betina normal jantan bulu pendek betina bulu pendek jantan normal


F1 : F1:
+ b + b + b + b
betina normal jantan normal betina normal jantan normal
a) b)
Gambar 6.2. Diagram pewarisan gen rangkai kelamin tak sempurna
Dapat dilihat pada Gambar 6.2 bahwa perkawinan resiprok untuk gen rangkai kelamin tak sempurna akan memberikan hasil yang sama seperti halnya hasil yang diperoleh dari perkawinan resiprok untuk gen-gen autosomal. Jadi, pewarisan gen rangkai kelamin tak sempurna mempunyai pola seperti pewarisan gen autosomal.


B. Tujuan

Mengetahui prinsip pewarisan suatu sifat atau penyakit oleh tetua atau parental pada keturunannya dengan bantuan peta silsilah ( pedigree cahart )




















II. TINAJAUAN PUSTAKA


Setiap gen yang terletak pada kromosom X ( mamalia, drospolia dan lain-lain ) atau pada kromosom Z yang analog ( pada burung dan spesies lain dengan mekanisme penetuan seks ZO atau ZW ) dikatakakan berpautan seks ( stansfield,1991. metode pewarisan ini adalah karakterisitik pada gen-gen berpautan seks. Tipe pewarisan ini disebabakan oleh kenyataaan bahawa kromosom Y tidak memebawa alel-alel yang homolog dengan alel-alel pada lokus putih dalam kromosom X sehingga tidak ada yang menutupi ekspresi dari gen yang terpaut dengan kromosom X . system-sistem genetik yang sering digunakan dibatasi sampai pada satu pasang alel, jumlah alel maksimum pada suatu lokus gen yang dipunyai setiap idividu adalah dua, satu pada setiap kromosom homolog. Pada kenyataanya tidak demikina, salah satu contohnya adalah menurunnya sifat golongan darah AOB.

Dalam kondisi tertentu pada silsilah sering menunjukkan apakah gen yang bersangkutan adalah autosional atau terpaut X, dominant atau resesif. Penyusun pola-pola pewarisam sifat pada suatu keluarga diperlukan keturunan Dalam jumlah banyak dimana sedikitnya menggunakan tiga generasi. Dalam penyusunan pola-pola pemindahan sifat-sifat, informasi-informasi mengenai suatu keluarga dibuat peta silsilah ( pedgrie chart ) . karena dengan pedegri cahrt bias digunakan untuk memperhatiakan karaktersitik suatu individu seperti :
1. individu-individu yang menampakkan sifat yang diwariskan
2. individu-individu keluarga “ normal “ yang tidak memperlihatkan sifat itu
3. hubungan antara semua inidividu yang tersangkut.





III. ALAT DAN BAHAN
A. Bahan
1. responden orang kebotakan
2 . responden golongan darah

B. alat
1. lembar pengamatan
2. alat tulis
























IV.PROSEDUR KERJA


1. Menelususri tiga generasi suatu keluarga yang memiliki cirri kebotakan,
2. Menelusuri golongan darah tiga generasi keluaraga anda
3.. Membuat laporan pola pewarisan masing-masing cirri tersebut beserta symbol genotipnya

























V. HASIL PENGAMATAN

A. Kebotakan
Keterangan :
= laki-laki botak

= perempuan normal

= laki-laki normal

= wanita normal /carrier

= garis persilangan

= garis keturunan


Keterangan :
1. sopan harjosuwito
2. rupono
3. ratih kurnia wati
4. widdi setiawan
5. fita finarsih
6. hani reginastiti



B. golongan darah
Diagram keturunan pada golongan darah







Keterangan :

= perempuan

= garis persilangan


Keterangan :
1. sopan harjo suwito
2. tarsini
3. rupono
4. suciati
5. ratih kurnia wati
6. widdi setiawan
7. fita finarsih
8. hani reginastiti






VI .PEMBAHASAN


1. Gen terpaut seks

Penentuan seks pada makhluk hidup ditentukan oleh kromosom seksnya. Terdapat beberapa macam cara yang digunakan untuk menentukan jenis kelamin makhluk hidup berdasarkan kromosom seksnya. Contohnya, pada belalang menggunakan sistem X-0 (22
+ X Jantan; 22 + XX Betina), pada ayam sistem Z-W (76 + ZZ Jantan; 76 + ZW Betina), dan pada lebah sistem haplo-diploid ( haploid Jantan, diploid Betina). Sedangkan pada manusia, sistem yang digunakan adalah X-Y. Betina normal akan dihasilkan jika kromosom seksnya XX dan jantan normal jika kromosom seksnya XY. Tanda-tanda jenis kelamin manusia secara anatomi baru akan mulai terlihat pada umur embrio sekitar dua bulan, karena sebelum waktu itu, bentuk gonadnya cenderung sama dan masih bisa berubah menjadi ovarium atau testis, terkandung pada kondisi hormon di tubuh embrio tersebut.

Selain untuk menentukan jenis kelamin, kromosom seks pada manusia juga memiliki banyak gen, khususnya pada kromosom X. Cara pewarisan sifatnya sama dengan pewarisan yang lain. Namun perlu dicatat, bahwa alel terpaut seks dari seorang ayah akan diwariskan kepada seluruh anak perempuannya, tetapi anak laki-lakinya tidak akan memperoleh satupun dari alel tersebut. Berbeda sekali dengan seorang ibu yang bisa mewariskan alel terpaut seksnya kepada anak laki-laki dan perempuannya. Umumnya, penurunan sifat terpaut seks pada manusia ditentukan oleh kromosom X, walaupun pada beberapa kasus terdapat juga pada kromosom Y.

Jika penurunan sifat terpaut seks mengacu pada alel yang resesif, maka wanita baru akan mengekspresikan gen tersebut jika alelnya adalah homozigot. Sedangkan pria akan segera mengekspresikan alel tersebut jika dia memperolehnya karena kromosom X yang dimilikinya hanya satu. Itulah sebabnya mengapa pria lebih banyak menderita kelainan terpaut seks dibandingkan wanita. (huuhh…dunia memang tak adil…)

• Kelainan terpaut seks pada manusia

a. Buta warna

Kita bisa melihat beraneka ragam warna karena kepekaan sel kerucut yang ada di retina terhadap warna. Kita bisa melihat sekian banyak warna karena kombinasi dari tiga sel kerucut : sel kerucut biru, sel kerucut hijau, dan sel kerucut merah. Bila sel-sel ini tidak berfungsi dengan baik, maka akan menimbulkan buta warna.

Buta warna pun digolongkan menjadi dua, yaiitu buta warna parsial dan buta warna total. Pada penderita buta warna total, dunia hanya akan terlihat berwarna hitam dan putih. Sedangkan pada buta warna parsial, akan terdapat gangguan untuk membedakan beberapa warna, tergantung jenis sel kerucutnya yang hilang. Kejadian yang paling sering terjadi adalah kehilangan sel kerucut merah (protanopi) dan sel kerucut hijau (deuteranopi). Biasanya, penyakit ini terjadi secara bersamaan sehingga disebut buta warna merah-hijau.

Buta warna merah-hijau adalah penyakit genetik yang hampir seluruhnya terjadi pada pria, tetapi diturunkan melalui wanita. Artinya, gen-gen pada kromosom X wanitalah yang menyandi sel kerucut yang bersangkutan. Ternyata, buta warna hampir tidak pernah terjadi pada wanita, karena paling sedikit satu dari kedua kromosom X-nya akan hampir selalu memiliki gen normal pada setiap jenis sel kerucut. Tetapi pada laki-laki, kromosom X yang dimiliki hanya satu, sehingga gen yang hilang akan menyebabkan buta warna.

Karena kromosom X pada laki-laki selalu diturunkan dari ibu dan tidak pernah dari ayah, maka buta warna diturunkan dari ibu ke anak laki-lakinya, dan ibu tersebut dikenal sebagai carrier buta warna; ini adalah kasus yang terjadi pada sekitar 8 % dari seluruh wanita di dunia. Kemudian untuk kehilangan sel kerucut biru sangat jarang terjadi, bahkan terkadang tidak memperlihatkan gejala. Keadaan ini juga diwariskan secara genetik.

b. Duchenne Muscular Distrophy yang ditunjukkan oleh lemahnya otot-otot tubuh dan rendahnya koordinasi. Harapan hidup penderita gejala ini hanya berkisar 20-an tahun. Penyebabnya adalah terjadinya kelainan pada gen yang mengkode protein khusus yang bernama dystrophin. Gen ini terdapat pada kromosom X.

c. Hemofilia, merupakan kelainan terpaut sex resesif yang disebabkan oleh hilangnya satu atau lebih protein yang diperlukan untuk pembekuan darah. Gen ini juga terdapat pada kromosom X. Pendarahan kecil yang pada orang normal tidak menimbulkan masalah yang berarti, pada penderita hemofilia bisa menjadi sangat berbahaya. Kelainan yang mengerikan ini pernah mengejutkan seantero Eropa karena penyebarannya di kalangan bangsawan kerajaan di Inggris, Prussia, Rusia, Spanyol dan beberapa kerajaan lain karena perkawinan antar kerajaan yang mereka lakukan. Diduga, awal mula dari alel berbahaya ini dibawa oleh Ratu Victoria (1819-1901) yang mewariskannya kepada keturunannya. Keturunannya inilah yang nantinya membawa alel ini ke seantero Eropa melalui perkawinan yang mereka lakukan. Untungnya, di masa sekarang, alel ini telah hilang di kalangan keluarga kerajaan Inggris karena beberapa kejadian dan pemahaman yang meningkat tentang genetika. (tw dah kerajaan lain gimana)

• Inaktivasi kromosom X pada wanita

Walaupun wanita mewarisi dua kromosom X, salah satu dari kromosom seks tersebut akan mengalami inaktivasi pada masing-masing sel yang terjadi pada masa perkembangan embrio. Hasilnya, baik wanita maupun pria akan memiliki jumlah efektif gen yang sama pada kromosom X. Kromosom X yang inaktif ini akan mengalami kondensasi menjadi objek padat yang dinamakan dengan Badan Barr. Sebagian besar gen pada Badan Barr ini tidak diekspresikan, walaupun beberapa diantaranya tetap aktif.

Inaktivasi kromosom X ini disebabkan oleh melekatnya gugus metil pada basa nitrogen Cytosin (metilasi DNA), pada salah satu kromosom. Proses pembentukan Badan Barr ini sendiri diatur oleh salah satu gen pada kromosom X yang dinamakan XIST (X-Inactive Specific Transcript). Gen ini menghasilkan molekul RNA yang nantinya akan membuat banyak kopi dan terikat pada kromosom X tempat dimana dia ditranskripsi, kemudian RNA ini akan menginisiasi proses inaktivasi kromosom X.

2. gen dipengaruhi seks

Kebotakan dapat disebabkan faktor eksternal seperti makanan dan gangguan penyakit pada kulit kepala. Namun dapat juga disebabkan oleh faktor genetik. Gen pembawa sifat botak adalah salah satu contoh gen yang dipengaruhi oleh jenis kelamin. Gen adalah faktor penentu yang menentukan sifat-sifat fisik makhluk hidup. Gen diturunkan oleh orang tua kepada anaknya. Pada kasus kepala botak, gen yang membawa sifat kepala botak ekspresinya dipengaruhi oleh jenis kelamin. Artinya orang yang membawa gen kepala botak tidak dengan sendirinya menjadi botak – tergantung jenis kelaminnya. Kepala botak pada perempuan hanya terjadi bila si perempuan memiliki sepasang gen kepala botak yang didapat dari ayah dan ibunya. Sedangakan pada laki-laki akan botak Sedangkan pada laki-laki akan botak cukup dengan satu gen saja.
Ada beberapa contoh sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal yang ekspresinya dipengaruhi seks yaitu bahwa kepala botak lazimnya pada laki-laki walaupun sesekali dapat dilihat juga wanita yang botak. Umumnya kebotakan pada wanita saat menginjak usia 30 tahun keatas, diwaktu umur masih muda atau remaja umumnya rambut tidak terihat botak atau masih norama
Genotip adalah sifat dasar pada individu yang tidak tampak dan tidak berubah-ubah karena faktor lingkungan (misalnya gen kepala botak genotipnya adalah BB atau Bb). Fenotip adalah sifat keturunan yang dapat dilihat warna, bentuk dan ukurannya (misalnya seorang laki-laki dengan genotip Bb & BB memiliki fenotip kepala botak). Alel adalah anggota dari sepasang gen yang membawa sifat berlawanan. Misalnya alel B (huruf besar) memiliki pengaruh kepala botak, sedangkan alel b (huruf kecil) membawa sifat kepala normal. Maka B dan b adalah sepasang alel.

Genotip dan fenotip kepala botak

genotip Fenotip pada alki-laki Fenotip apda perempuan
BB botak Botak
Bb Botak Normal
bb Normal€ normal


Gen kepala botak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Seorang laki-laki yang memiliki pasangan gen BB dan Bb akan berkepala botak. Namun seorang perempuan baru akan botak bila memiliki pasangan gen BB. Jadi gen kepala botak (B) bersifat dominan pada laki-laki, sedangkan pada perempuan bersifat resesif (kalah dominan daripada gen b)

Seorang laki-laki botak dengan genotip Bb bila kawin dengan perempuan normal dengan genotip bb akan memiliki anak dengan peluang genotip Bb (50%) dan bb (50%), sehingga peluang anak laki-laki untuk botak adalah 50% dan anak perempuan botak 0 %. Peluang untuk kebotakan karena faktor genetik lebih besar pada laki-laki dibanding pada perempuan
Genotip keturunan ( f1) hasil perkawinan ayah botak dan ibu normal
P Ayah botak( Bb ) x ibu normal ( bb )

Bb bb

Bb,bb,Bb atau bb
Alel
F1

keterangan -50% genotip Bb ( fenotip botak pada laki-laki dan rambut normal pada perempun )
-50% fenotip bb ( fennotip normal pada perempuan maupun laki-laki )





3. golongan darah
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolisis, gagal ginjal, syok, dan kematian. Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
• Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah A-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah A-negatif atau O-negatif.
• Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
• Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan darah AB-positif dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB-positif tidak dapat mendonorkan darah kecuali pada sesama AB-positif.
• Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O-negatif dapat mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-negatif.
Secara umum, golongan darah O adalah yang paling umum dijumpai di dunia, meskipun di beberapa negara seperti Swedia dan Norwegia, golongan darah A lebih dominan. Antigen A lebih umum dijumpai dibanding antigen B. Karena golongan darah AB memerlukan keberadaan dua antigen, A dan B, golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.
Dari hasil peta silsilah diketahui bahwa kedua parental masing-masing memiliki golongan darah O dan B kemungkinan genotipnya adalah keduanyan O homozygot dan B heterozygot. Karean dari semua anak bergolongan darah O dan satu yang bergolongan darah B. jika parental









VII. KESIMPULAN DAN SARAN
1. pada golongan darah manusia merupakan peristiwa penurunan sifat ( hereditas ) bukan persitiwa pewarisan gen yang terpenganruh kelamin
2 kebotakan dan golongan darah merupakan peristiwa pewarisan gen yang dituurunkan oleh parental kepada keturunannya.
3. kebotakakan merupakan penyakit menurun yang disebabakan oleh gen yang dipengaruhi siks
4. golongan darah mempunyai tipe AOB

DAFTAR PUSTAKA
Crowder, L.V. 1986. Genetika tumbuhan, Edisi indonesia. Gadjah mada university press : yogyakarta.
Dwijosaputro,D.1997.pengantar genetika, bhatar : Jakarta.
Stanfield, William D. 1991. genetika. Penerbit erlangga : Jakarta.